Wednesday, January 27, 2010

Dosen Ancam Tak Berikan Bimbingan




Dari Equator News

Kamis, 21 Januari 2010 , 00:58:00

John Hard (tengah) bersama puluhan mahasiswa dan dosen menunjuk petugas dalam aksi unjuk rasa menentang pelantikan Dekan Fakultas Kedokteran, Thamrin Usman di halaman Rektorat Untan, kemarin.
PONTIANAK. Sekitar 42 dokter spesialis dan 22 dokter umum tidak akan memberikan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran. Itu terjadi bila pelantikan terhadap Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan tidak digugurkan.
“Kami tidak akan memberikan bimbingan selama ini tidak diubah,” tegas John Hard, dokter spesialis bedah yang mengajar di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, kemarin (20/1).
Hal tersebut diungkapkannya setelah pertemuan tertutup antara perwakilan pengunjuk rasa dengan Rektor Untan Pontianak. Para pengunjuk rasa tetap pada tuntutannya agar Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak seorang dokter.
“Dalam pembentukan karakter dan dokter yang mumpuni, fakultas harus itu harus dipimpin doker, jangan dipimpin ahli matematik, tidak ada hubungannye matematik dengan kedokteran,” kata John.
Menurutnya, bila Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak dipimpin non-dokter tentunya akan berdampak psikologis bagi dokter di Pontianak dan mahasiswa kedokteran.
John mengatakan, pelantikan Dr Thamrin Usman DEA (sebelumnya Dekan MIPA Untan) menjadi Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan jelas terdapat kejanggalan, karena dia bukan seorang dokter.
“Prof Wahyuning sudah memberikan alternatif, kalau tidak ada dokter dari Pontianak yang sanggup memimpin bisa diambil dari UI dalam hal ini dari RSCM,” kata John.
Tetapi, Rektor Untan tidak mau melakukan saran tersebut dengan alasan keuangan. Untan tidak sanggup mendatangkan dokter untuk menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak.
Terpisah, Rektor Untan Pontianak Prof Dr Chairil Effendy mengatakan, pengangkatan Dr Thamrin Usman menjadi Dosen Fakultas Kedokteran bukan mendadak dilakukan. “Penunjukan ini tidak ujuk-ujuk,” terangnya.
Pengangkatan Thamrin tersebut setelah melalui berbagai pertimbangan dan persetujuan Dirjen Departemen Pendidikan Nasional bahwa Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tidak masalah dari bukan dokter.
Chairil menceritakan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak membawahi tiga program studi atau jurusan, yakni Pendidikan Dokter, Farmasi dan Ilmu Keperawatan.
Sudah lima tahun berjalan, telah mendapat izin dan harus mewisuda mahasiswanya. Tetapi belum memiliki Dekan, berbagai konsultasi dan pertimbangan-pertimbangan pun dilakukan. “Kami tidak gegabah melakukan penunjukan,” kata Chairil.
Sebelum penunjukan Thamrin menjadi Dekan, kata Chairil, dihadapkan pada permasalahan tidak adanya seorang dokter yang menjadi dosen di Untan memenuhi persyaratan. “Syaratnya itu dia sudah rektor kepala, jabatan fungsionalnya itu. Tetapi yang memenuhi persyaratan itu tidak ada,” terangnya.
Dikarenakan tidak dokter yang memenuhi persyaratan tersebut, diusulkan untuk mengambil dosen yang dokter dari universitas lainnya. “Tetapi, kita tidak sanggup membayarnya, karena harus menyiapkan rumah, kendaraan dan lainnya,” ungkap Chairil
Oleh karenanya, ketimbang membayar dosen dari kampus luar itu, lebih baik yang menjadi Dekan itu dari pihak Untan Pontianak sendiri. “Makanya, saya bertanya kepada Pak Dirjen, boleh tidak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dipimpin orang yang bukan dokter,” ujarnya.
Dirjen Departemen Pendidikan Nasional itu pun membolehkan untuk mengangkat dekan dari bukan dokter. “Dekan inikan jabatan administratif, bukan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan,” terang Chairil.
Tentunya berbeda dengan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan yang memang harus ditempati orang yang berlatar pendidikan sesuai. “Karena jabatan yang berkaitan langsung ini mengurus silabus mata kuliah dan lainnya, kalau tidak orang dari pendidikan tersebut, tentu akan hancur,” kata Chairil.
Ditunjukkan Thamrin, kata Chairil, pertimbangannya karena sedikit banyak dia diperlukan di fakultas tersebut. “Dia memang bukan dokter, dia ahli kimia. Selama ini beliau (Thamrin, red) juga dekan MIPA yang membawahi Prodi Kedokteran,” terang Chairil.
Terkait ancaman dosen yang tidak akan memberikan bimbingan kepada mahasiswa fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan tersebut, Chairil enggan berkomentar banyak. “Kami calling down dulu dalam satu atau dua hari ini,” katanya.
Hal senada diutarakan, Direktur RSUD dr Soedarso, Gede Sandjaja menanggapi dokter akan mogok memberikan bimbingan tersebut. “Kita calling down dulu, kita akan bertemu dengan dokter dan mahasiswa itu untuk mendengarkan langsung dari mereka apa keluhannya,” katanya.
Dia menerangkan, pertemuan yang direncanakan hari ini di RSUD tersebut akan memberikan pengertian kepada para dokter yang menjadi dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan. “Kita bertemu dulu. Kalau kita kelahi terus kapan bangsa kita akan maju,” kata Gede di Rektorat Untan kemarin.
Pertemuan yang dimaksudkan Gede tersebut rencananya akan mempertemukan kembali dokter-dokter, mahasiswa dan pihak Untan Pontianak. “Pada intinya kita tidak boleh mengorbankan mahasiswa,” katanya.
Saat ditanya mengenai pelantikan Dekan itu, Gede menilai hal tersebut sebagai hak prerogatif Untan Pontianak. “Kita tidak bisa mencampuri, tetapi kita juga menampung aspirasi-aspirasi dari pengajar itu,” terangnya.
Gede tiba di Rektorat Untan setelah unjuk rasa usai. Setelah dihubungi agar bertemu Rektor Untan Chairil Effendy sekitar pukul 12.30 kemarin. Ternyata sebelumnya dia juga tidak mengetahui adanya penolakan terhadap pelantikan tersebut. (dik)

No comments:

Post a Comment