Wednesday, January 27, 2010

Dokter RSUD Tetap Menolak

Dari Tribun Pontianak

Dokter RSUD Tetap Menolak
GALIH NOFRIO NANDA/TRIBUN PONTIANAK
DEMONSTRASI - Puluhan mahasiswa dan dokter dari Fakultas Kedokteran Untan demonstrasi
Sabtu, 23 Januari 2010 | 23:31 WIB

PONTIANAK, TRIBUN - Para dokter di RSUD dr Soedarso yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Untan, tak ingin dicap negatif terkait aksi unjuk rasa sehari yang lalu. Mereka menegaskan, citra mereka tak seburuk yang disangkakan sejumlah pihak.

Itulah pesan yang mereka titipkan pada Ketua Jurusan dan Program Studi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan FKIK, Prof Dr dr Wahyuning Ramelan SpAnd. Wahyuning diundang pada rapat rutin Komite Medik, Kamis (21/1) pagi di RSUD dr Soedarso.

"Para dokter menyampaikan aspirasi yang tetap menginginkan dekan FKIK dijabat seorang dokter. Aspek managerial tetap tak bisa dipisahkan dari keahlian bidang kedokteran," ujar Wahyuning kepada Tribun, ditemui di ruang kerjanya.

Para dokter itu pun meminta Wahyuning dan Direktur RSUD dr Soedarso, dr Gede Sandjaya SpOT(K), sebagai penghubung mereka dengan rektorat Untan. Mereka berdua diharap sebagai mediator untuk mempertemukan perbedaan pendapat tersebut.

Sore itu sekitar pukul 14.15 WIB, Wahyuning bersama Gede terlihat mendatangi ruang kerja Rektor Untan, Prof Dr Chairil Effendy. Gede hanya berkomentar "no comment", saat bersama Wahyuning menaiki tangga menuju lantai dua.

Para Pembantu Rektor pun hadir di ruangan Chairil, dan juga Dr Thamrin Usman DEA yang sehari sebelumnya dilantik sebagai Dekan FKIK. Sebelum pertemuan itu berlangsung, Chairil bersedia berbicara kepada pers.

Ia menyampaikan maaf atas kebijakan yang menimbulkan salah paham, yang menurutnya akibat kurang lancarnya komunikasi. Meski begitu, ia mengatakan belum berfikir untuk mengubah kebijakannya, dengan mengganti Thamrin dengan pejabat lain dengan kualifikasi dokter.

"Kita belum berfikir ke sana (mengganti Thamrin). Saya sendiri sudah minta kepada dr Gede untuk memberi pemahaman kepada para dokter di sana supaya tidak mogok ngajar," ujarnya.
Hampir satu jam dalam pertemuan itu, Gede terlihat keluar ruangan sekitar pukul 14.15. Sambil berjalan agak tergesa, ia sempat melontarkan ucapan "no comment" pada wartawan yang hendak memintai tanggapannya.

"Masalah beres. Clear. Di luar itu, no comment," ucap spesialis bedah tulang ini sambil mencari mobilnya di parkiran.

Tapi, bagaimana dengan ancaman 62 dokter spesialis dan umum asal RSUD dr Soedarso yang mengancam mogok mengajar? Gede menyakinkan sama sekali tak ada persoalan lagi, dan ia bisa mengatasinya.

"Tak masalah. Tidak ada apa-apa. Bisa saya atasi," ucapnya terburu.

Chairil sendiri sebelumnya menegaskan, tak ingin kehilangan mitra kerja dengan para dokter di RSUD dr Soedarso. Ia meminta pengertian, jangan sampai pendidikan kedokteran yang merupakan cita-cita Kalbar sejak lama jadi berantakan.

Ia menuturkan pengalaman Universitas Lampung (Unila), yang dekan FKIK-nya justru dijabat figur yang berlatar ilmu kehutanan. Meski begitu, ia berjanji tetap akan mendengarkan aspirasi para dokter tersebut.

"Jabatan dekan memegang peran managerial, jadi tak masalah jika bukan dijabat dokter. Tapi yang tidak bisa tidak harus dijabat dokter yakni Ketua Program Studi," ujar Chairil. (end)

1 comment: