Wednesday, January 27, 2010

60 Dokter Mogok Mengajar

Dari Pontianak Post, Kamis, 21 Januari 2010


PECAH : Pintu kaca Untan pecah saat terjadi unjuk rasa memprotes pelantikan Dekan FKIK Untan kemarin. Foto Shando/Pontianak Post

PONTIANAK--Sebanyak 60 dosen Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura dari RSUD Soedarso mengancam mogok mengajar. Aksi ini dilakukan sebagai perlawanan terhadap pelantikan DR Thamrin Usman sebagai Dekan FKIK Untan, kemarin (20/1). Mereka menolak keberadaan dekan bukan dari kalangan dokter.Pelantikan Dekan FKIK Untan di lantai III Rektorat ini diwarnai aksi demo mahasiswa dan dosen (selengkapnya baca Halaman 17 Metropolis). Usai pelantikan dilakukan pertemuan antara perwakilan pendemo, Rektor Untan, pembantu rektor dan dokter RSUD Soedarso. Dialog berjalan satu jam. Usai pertemuan, dokter RSUD Soedarso sekaligus staf pengajar FKIK Untan, John Hard mengatakan, dosen dan mahasiswa tetap menolak pelantikan tersebut. Mereka tetap menuntut dekan dari kalangan dokter. “Harus dokter yang memimpin FKIK. Tidak ada hubungannya matematika dengan kedokteran,” teriaknya.

John Hard belum puas dengan pertemuan tersebut. Dokter dan perwakilan mahasiswa deadlock. “Kami tetap menolak pelantikan ini, kami deadlock,” ungkapnya.Walau demikian, Thamrin Usman terlanjur dilantik. Dikatakan John Hard perjuangan belum tuntas. Perlawanan dilakukan dengan cara mogok mengajar. Sebanyak 42 dokter spesialis dan 20 dokter umum dari RSUD Soedarso yang menjadi dosen di FKIK akan mogok mengajar sementara. “Kami tidak akan mengajar sampai tuntutan ini dikabulkan,” tuturnya.Dekan bukan dari kalangan dokter, kata dia, akan berdampak pada perkembangan mahasiswa. Secara psikologis akan terpengaruhi. “Pasti ada dampaknya, efeknya secara psikologis,” ucapnya.

Dijelaskannya, Rektor Untan Chairil Effendi beralasan tidak memiliki biaya jika mendatangkan dekan dari unversitas di luar Kalbar. John Hard berkilah, selama ini bukan rektor yang membayar dosen FKIK, tapi mahasiswa. “Selama 3,5 tahun saya mengajar, tidak pernah dibayar. Bukan rektor yang bayar dosen tapi mahasiswa dengan SPP-nya,” paparnya.Dalam pengarahannya kepada pejabat Untan yang dilantik termasuk Dekan FKIK, Chairil Effendi mengungkapkan, penolakan Thamrin sebagai dekan hanya salah paham. Pemilihan dekan tidak dilakukan dengan tergesa-gesa, tapi melalui proses panjang.

Persetujuan Dikti
Dijelaskan Charil, fakultas baru di Untan bukan hanya semata Fakultas Kedokteran tetapi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Fakultas ini memiliki tiga program studi yakni Program Pendidikan Dokter, Pendidikan Farmasi, dan Ilmu Keperawatan.“Saya tidak gegabah sebenarnya untuk menunjuk DR Thamrin menjadi dekan. Sebelumnya saya sudah konsultasi dengan Dikti,” jelas Charil. Diungkapkan dalam pertemuan itu, Chairil menyampaikan kepada Dirjen Dikti bahwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan sudah berjalan lima tahun. Sebentar lagi akan wisuda sarjana. “Sekarang boleh tidak kalau kami (pihak Untan) mengangkat dekan untuk fakultas kedokteran bukan berasal dari profesi seorang dokter,” cerita Chairil. “Saat itu Pak Dirjen bilang boleh. Karena namanya juga fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan,” tambahnya.

Dipaparkan Chairil para dokter yang mengajar di FKIK Untan belum ada yang memenuhi persyaratan untuk menjadi dekan. Jabatan ini adalah tugas tambahan sebagai seorang dosen. Untuk menjadi dekan syaratnya sudah harus mempunyai jabatan fungsional sebagai lektor kepala. “Nah para dokter yang mengajar saat ini belum memenuhi syarat tersebut,” jelas Chairil. Pihaknya bisa saja memakai tenaga dokter dari luar untuk menjadi dekan. Tapi pihak Untan merasa tidak sanggup untuk membayar tenaga dekan dari luar Kalbar. Karena harus menyiapkan fasilitas rumah dinas, kendaraan, dan honor yang besar.“Saya berfikir dari pada uang kita habiskan untuk membayar tenaga dekan dari luar, lebih baik uang tersebut untuk alokasi fakultas kedokteran itu sendiri. Makanya kita ambil tenaga dekan dari internal Untan,” kata Chairil.Pertimbangan lain penunjukan Thamrin Usman sebagai dekan, lanjut Chairil, karena dia ahli kimia dan telah berpengalaman menjadi Dekan MIPA. Ilmunya ini, sedikit banyak diperlukan fakultas kedokteran.Selain itu dekan hanya jabatan administratif. Sedangkan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan dan mengatur mahasiswa yang memang harus diisi oleh seorang dokter yaitu jabatan Prodi dan untuk jabatan kita tetap tempatkan Prof. DR.Dr. Wahyuning dari UI (Univesitas Indonesia).

Chairil sempat berfikir untuk mengangkat Prof DR dr Wahyuning sebagai dekan. Tapi hal ini tidak bisa karena dia pensiunan Universitas Indonesia. Selain itu ada juga dokter-dokter yang mengajar dari luar Kalbar yang mengajar di fakultas kedokteran Untan, tapi mereka tidak punya jabatan fungsional. Diungkapkannya, Untan bekerja sama dengan RSUD Soedardo bukan dengan orang perorang. Chairil sudah berkomunikasi dengan Direktur RSUD dr Soedarso Dr Gede Sandjaja untuk memberikan pengertian kepada para dokter yang mengajar di FKIK Untan.(den/ash)

No comments:

Post a Comment