Wednesday, January 27, 2010

RS Soedarso Dituding Intervensi


Dari Equator News

Selasa, 26 Januari 2010 , 01:54:00

Rektor ambil sikap atasi masalah. Dicari, sosok baru yang relevan. Polemik FKIK masih menyisakan masalah. Acuan Diknas atau Depkes yang dipakai?

PONTIANAK. Pelantikan Dr Thamrin Usman DEA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Untan telah dianulir. Namun keikutsertaan para dokter RSUD Soedarso yang juga pengajar di fakultas itu, dipermasalahkan.
“Penolakan itu ada kesan bahwa dokter di RSUD Soedarso mau ambil alih FKIK,” ucap H Retno Pramudya SH, Ketua Komisi A DPRD Kalbar yang membidangi Hukum dan Pemerintahan kepada Equator, belum lama ini.
Retno meminta senior-senior dokter yang ada di Rumah Sakit Soedarso itu jangan terlalu jauh mencampuri soal dunia pendidikan di Untan. Tugas di Soedarso masih banyak yang harus dibenahi, terutama masalah pelayanan kesehatan masyarakat Kalbar
Retno mengaku tidak habis pikir dengan penolakan tersebut. Untan merupakan lembaga pendidikan otonom yang dinaungi Departemen Pendidikan dan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). “Penetapan Dekan ada prosesnya dan bukan main tunjuk. Ada aturan yang mengatur penetapan Dekan, tentunya aturan yang dibuat oleh Departemen Pendidikan bukan aturan yang dibuat oleh Departemen Kesehatan,” tegasnya.
Ia menyesalkan ada tindakan dokter yang anarkis pada saat pelantikan Dekan dilakukan melalui aksi demontrasi itu. “Aksi yang dilakukan para dokter itu merupakan contoh yang sangat tidak baik dan jangan ditiru oleh mahasiswa FKIK Untan,” serunya.
Meski Rektor Untan sudah merevisi SK pelantikan Thamrin, namun politisi PPP itu tetap berharap agar Rektor Untan mempertahankan Thamrin selaku Dekan FKIK yang telah dilantik, tak boleh berbalik arah.
“Dokter RSUD Soedarso ngurus rumah sakit tempatnya bekerja saja tidak becus, tapi malah mau ngurus FK-IK yang justru dinaungi oleh lembaga atau instansi lain. Itu sama saja mengurus rumah sendiri saja tidak genah, malah mau mengurusi rumah orang lain,” ucapnya.
Dokter, kata dia, jangan merusak dunia pendidikan yang telah didirikan di Untan dengan susah payah dan menguras APBD pemerintah kabupaten/kota se Kalbar dalam bentuk kerjasama. Pemda Kalbar juga diminta jangan ikut campur urusan internal Untan.
Sebaliknya, Pemda Kalbar justru memfasilitasi untuk menyelesaikan kisruh pelantikan Dekan FKIK. Jangan ikut campur independensi Untan. “Selama ini saya tidak pernah dengar ada mahasiswa FK-IK dan mahasiswa lainnya demonstrasi di lembaganya. Kita harapkan mahasiswa FK-IK dan mahasiswa Untan lainnya jangan mau ditunggangi atau diperalat pihak tertentu,” saran Retno.
Mahasiswa mesti fokus belajar agar bisa cepat selesai kuliah dan mengabdi di masyarakat, khususnya mahasiswa FKIK yang notabene dibiayai oleh pemerintah kabupaten/kota melalui anggaran APBD. “Beasiswa dari pemerintah kabupaten/kota dan keringat orang tua jangan sampai disia-siakan. Apalagi sampai dikorbankan hanya untuk memenuhi kepentingan sekelompok orang atau pihak-pihak tertentu,” tukasnya.
Pakar Hukum Tata Negara, Turiman Fathurrahman Nur SH MHum mengatakan, pelantikan dan pemberhentian dekan adalah otoritas Rektor. “Siapa pun tidak boleh campur tangan atas keputusan itu,” ujarnya.
Terkait soal tata cara atau aturan kelayakan seorang Dekan, menurut Turiman, ada dasar hukum yang mengaturnya. “Termasuk juga pertimbangan dari senat,” ujar Turiman.
Pelantikan Thamrin sebagai Dekan FKIK memang tak ada masalah. Dalam Permendiknas Nomor 67 Tahun 2008 pasal 4 menyebutkan, untuk dapat diangkat sebagai pimpinan perguruan tinggi atau pimpinan fakultas, seorang dosen harus memenuhi persyaratan, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berusia setinggi-tingginya 61 tahun pada saat diusulkan kepada pejabat yang berwenang mengangkat, berpendidikan serendah-rendahnya magister.
Syarat lainnya, bersedia dicalonkan menjadi pimpinan perguruan tinggi atau pimpinan fakultas yang dinyatakan secara tertulis. Sementara jabatan untuk Rektor/Pembantu Rektor dan Dekan serendah-rendahnya menduduki jabatan Lektor Kepala. Bagi Pembantu Dekan, Ketua/Pembantu Ketua, Direktur/Pembantu Direktur serendah-rendahnya menduduki jabatan Lektor. (amk/bdu/jul)

Pertimbangan Sumpah Hipokrates


Dari Equator News

Selasa, 26 Januari 2010 , 01:51:00

PONTIANAK. Setelah mendapat penolakan dan reaksi keras dari mahasiswa dan dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Untan, akhirnya Rektor Untan Chairil Effendi mengambil jalan tengah. Thamrin Usman hanya pelaksana tugas (Plt) dekan di fakultas tersebut.
Mengapa dosen yang notabene para dokter itu ikut melakukan penolakan? “Posisi dekan tak hanya berperan sebagai manajer, tetapi juga melantik dan mengambil sumpah. Nah, sumpah itu adalah sumpah dokter. Sumpah Hipokrates, itulah normanya yang dilakukan oleh seorang dokter,” kata dr HM Subuh MPPM, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Kalbar ditemui di DPRD Kalbar, kemarin (25/1).
Pelantikan Thamrin sebagai Dekan FKIK 20 Januari lalu didemo dengan alasan yang bersangkutan bukanlah dokter. Mahasiswa kedokteran yang tak pernah demo pun spontan beringas hingga kaca kantor rektorat Untan pecah.
Sebenarnya, terang Subuh, mungkin hanya dikarenakan persoalan tersebut, membuat para pengajar atau dokter dari RSUD Soedarso menolak pelantikan Dekan FK-IK dari kalangan non-dokter. “Itu saja saya lihat,” katanya.
Belum lagi kalau fakultas ekonomi dipimpin sarjana ekonomi, demikian pula dengan hukum dipimpin sarjana hukum. Sedangkan kedokteran dipimpin orang di luar kalangan dokter. Sehingga hal tersebut dipersoalkan para dokter yang menjadi pengajar atau pembimbing mahasiswa FK-IK Untan Kalbar pada tahap klinik.
Polemik tersebut, kata Subuh, hanya internal Untan Pontianak yang berwenang menetapkan dekan. “Tampaknya sudah diselesaikan Untan dengan adanya penarikan SK Pelantikan Thamrin Usman sebagai dekan dan menjadi di Plt, sambil dicari sesuai dengan keinginan dari para tenaga medis, terutama kalangan dokter,” ungkapnya.
Subuh mengatakan, FKIK bukan di bawah Departemen Kesehatan. Selama ini juga tidak pernah dimintai saran mengenai urusan di dalamnya termasuk mengenai dekan tersebut. “Tapi memang itu sebenarnya tidak juga diperlukan, karena itu dunia pendidikan,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kalbar ini.
FKIK juga tidak ada kaitannya dengan IDI. Subuh menerangkan, di tubuh IDI hanya terdapat pembinaan atau pengembangan profesi bagi seorang dokter. “Kalau memang di bukan dokter (seperti mahasiswa kedokteran, red) bukan kewenangan IDI,” ujarnya.
Rektor Untan, Chairil Effendi mengatakan tak ada masalah lagi terkait pengangkatan Dekan FKIK. Selama ini hanya kurang komunikasi saja. “Semuanya sepakat menerima SK Rektor yang dikeluarkan. Nantinya hal-hal kecil sudah diperintahkan kepada Pak Thamrin untuk segera melengkapi anggota Senat FKIK,” jelas Chairil ditemui usai rapat di Rektorat Untan, Senin (25/1).
Chairil mengharapkan setelah selesai semua permasalahan tersebut, tak ada lagi pemberitaan miring. “Kami ingin mendidik mahasiswa. Kami juga masih banyak persoalan besar yang dihadapi seperti mengawasi ujian negara pada Maret mendatang,” ungkap Chairil.
Dikatakan Chairil, pihak rektorat juga akan segera melakukan pencarian sosok dekan yang benar-benar relevan. “Calonnya sendiri dari PNS dosen yang memiliki persyaratan yang sudah lektor kepala. Bersyukur jika mendapatkan yang sudah berusia supaya bijak,” terang Chairil.
Menyikapi putusan tersebut, Thamrin yang ditemui usai rapat dengan Rektor Untan dan beberapa anggota Senat FMIPA di Rektorat Untan, Senin (25/1), tampak legowo.
“Seperti yang saya ungkapkan marilah kita sama-sama zero. Mereka yang berbicara keras dengan saya, akan saya lupakan dan sama-sama kita lupakan,” ungkap Thamrin bijak.
Menurut Thamrin, walaupun dirinya hanya menjabat sebagai Plt Dekan, namun segala aktivitas akademik di fakultas yang ia pimpin yakni Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) tetap berjalan sebagaimana mestinya.
“Secara keseharian tidak ada yang berubah, pelaksanaan ujian tetap dilakukan. Kemudian proses belajar mengajar memang tidak ada karena sedang ujian. Begitu pula administrasi fakultas juga lancar,” ungkap Thamrin.
Dikatakan dia, karena dirinya hanya sebagai Plt di FKIK maka berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor ia pun diaktifkan kembali sebagai Dekan FMIPA hingga 2013 mendatang. Sedangkan di FKIK hanya penjabat untuk mencari dekan sesungguhnya.
Thamrin tampak optimis bahwa tugas yang diberikan atasannya merupakan sebuah kepercayaan. Ia pun tidak ingin melukai kepercayaan tersebut. “Ini merupakan modal dasar saya, biarlah miskin asalkan jujur,” jelasnya.
Sementara itu, Anggota Senat FMIPA, Prof Wahyuning Ramlan, menegaskan Thamrin Usman merupakan dekan sementara FKIK. Nantinya Thamrin akan mempersiapkan pemilihan dekan baru untuk memimpin fakultas tersebut.
“Pengalaman Thamrin Usman dalam membina FMIPA Untan dapat digunakan untuk mengembangkan FKIK pada tahap awal yang baru ada tiga jurusan yakni jurusan kedokteran, farmasi dan keperawatan,” ungkap Wahyuning. (dik/ian)

Thamrin Harus Jalan Terus


Dari Equator News

Sabtu, 23 Januari 2010 , 02:42:00

PONTIANAK. Polemik Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FK-IK) Untan Pontianak hendaknya diakhiri. Tugas sebagai dekan harus sudah dilaksanakan.
“Pasalnya, pengangkatan itu sudah memiliki dasar hukum yang kuat karena dikeluarkan oleh Mendiknas,” kata Rustam Halim SH, ketua Lembaga Kajian Kebijakan Publik (LKKP) Kalbar kepada wartawan, kemarin (22/1).
Menurutnya, Rektor Untan Pontianak harus menjalankan keputusan Mendiknas tersebut dan Thamrin Usman yang diberikan amanat memimpin FK-IK harus melaksanakannya.
Penegasan yang disampaikan Rustam tersebut menyusul polemik yang dianggap cukup mencoreng institusi Untan Pontianak. Apalagi terkait campur tangan pihak luar dalam penentuan kebijakan di kawasan otonomi kampus itu.
Rustam menjelaskan, sebelum mengeluarkan SK pengangkatan tersebut, sudah tentu melalui tahapan dan proses administrasi. Termasuk apakah calon yang diajukan layak memimpin fakultas terbaru dan kebanggaan milik warga Kalbar itu. “Bila ternyata ada pihak-pihak yang merasa keberatan dengan SK tersebut sebaiknya memprotes ke Mendiknas,” tantang alumnus Untan ini.
Menurut Rustam, kewenangan menetapkan seorang Dekan, dengan melihat terlebih dahulu riwayat dan perjuangan yang dilakukan calon terpilih. “Saya mengikuti persis bagaimana awal proses perjuangan dan hingga terbentuk MIPA. Juga terbentuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Figur dan kapasitas Thamrin Usman pantas memimpin FK,” ungkapnya.
Sepengetahuan Rustam, Fakultas itu bernama FK dan Ilmu Kesehatan, di mana di dalamnya juga terdapat jurusan farmasi dan keperawatan. “Soal cocok atau tidak cocok gelar yang memimpin FK itu bukan seorang dokter melainkan doktor ilmu kimia sangat tergantung dari pemberi SK,” katanya.
Dia menambahkan, secara internal, tentu pimpinan Untan dan petinggi FK serta Dewan Pembina harus duduk satu meja membicarakan hal tersebut. “Kepemimpinan Thamrin Usman sebagai Dekan tetap jalan,” tegas Rustam.
Muda Ikut Dukung
Dukungan untuk Thamrin Usman juga datang dari Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan SH. Muda beranggapan peran Thamrin dalam pembentukan FKIK ini jelas sangat besar. Bahkan, pada saat FKIK ini masih berada dalam naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Untan, secara manajemen sudah bisa dikatakan berhasil.
“Tidak bisa dimungkiri berkat kepemimpinan Pak Thamrin juga FKIK Untan bisa melejit seperti sekarang. Menurut saya, adanya asumsi dalam demo saat pelantikan Pak Usman yang menyatakan bahwa Dekan FKIK harus seorang dokter, tentunya sangat tidak objektif. Pemimpin itu mengurus persoalan manajemen, keuangan, infrastruktur dan sarana beserta prasarana beserta perlengkapan dan laboratorium. Pak Thamrin saya pikir orang yang tepat,” ucapnya.
Salah satu bukti kinerja Thamrin yang tergolong sukses adalah dengan membangun hubungan antara FKIK dan pemerintah daerah di Kalbar. Dengan adanya kerjasama ini Setiap kabupaten/kota yang ada di Kalbar bisa menyekolahkan para pelajarnya menjadi mahasiswa FKIK Untan.
“Saya yakin, dipilihnya Pak Thamrin pasti juga berdasarkan berbagai pertimbangan. Salah satunya bisa saja karena ide-ide luar biasa dan pertimbangan matang oleh Rektor/Dikti. Tugasnya pasti membesarkan FKIK hingga benar-benar menjadi Universitas idaman di Kalbar dan Indonesia. Makanya, saya optimis, pak Thamrin mampu,” ungkap dia.
Muda menambahkan, demonstrasi sebelumnya ditenggarai bukan ide seluruh dokter dan mahasiswa kedokteran Untan. Ia menduga aksi tersebut hanya atas nama saja. Muda juga optimis penolakan Thamrin Usman sebagai Dekan, karena kepentingan segelintir di atas. “Kita tidak perlu sebut namanya. Tak etis. Masyarakat juga bisa menilai kepentingan siapa,” terang Muda.
Dengan adanya kejadian kemarin, sambung Muda, sudah menodai semangat para dokter yang selama ini berharap impian lama warga Kalbar berdiri Fakultas Kedokteran Untan menjadi hambar. Karena bagaimanapun tugas para dokter adalah memikirkan SDM para dokter baru sebelum terjun ke lapangan. “Ilmunya yang dibutuhkan mahasiswa kedokteran Untan bukan aksi menunggangi para mahasiswa,” ujarnya.(dik/ROx)

Dosen Ancam Tak Berikan Bimbingan




Dari Equator News

Kamis, 21 Januari 2010 , 00:58:00

John Hard (tengah) bersama puluhan mahasiswa dan dosen menunjuk petugas dalam aksi unjuk rasa menentang pelantikan Dekan Fakultas Kedokteran, Thamrin Usman di halaman Rektorat Untan, kemarin.
PONTIANAK. Sekitar 42 dokter spesialis dan 22 dokter umum tidak akan memberikan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran. Itu terjadi bila pelantikan terhadap Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan tidak digugurkan.
“Kami tidak akan memberikan bimbingan selama ini tidak diubah,” tegas John Hard, dokter spesialis bedah yang mengajar di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, kemarin (20/1).
Hal tersebut diungkapkannya setelah pertemuan tertutup antara perwakilan pengunjuk rasa dengan Rektor Untan Pontianak. Para pengunjuk rasa tetap pada tuntutannya agar Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak seorang dokter.
“Dalam pembentukan karakter dan dokter yang mumpuni, fakultas harus itu harus dipimpin doker, jangan dipimpin ahli matematik, tidak ada hubungannye matematik dengan kedokteran,” kata John.
Menurutnya, bila Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak dipimpin non-dokter tentunya akan berdampak psikologis bagi dokter di Pontianak dan mahasiswa kedokteran.
John mengatakan, pelantikan Dr Thamrin Usman DEA (sebelumnya Dekan MIPA Untan) menjadi Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan jelas terdapat kejanggalan, karena dia bukan seorang dokter.
“Prof Wahyuning sudah memberikan alternatif, kalau tidak ada dokter dari Pontianak yang sanggup memimpin bisa diambil dari UI dalam hal ini dari RSCM,” kata John.
Tetapi, Rektor Untan tidak mau melakukan saran tersebut dengan alasan keuangan. Untan tidak sanggup mendatangkan dokter untuk menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak.
Terpisah, Rektor Untan Pontianak Prof Dr Chairil Effendy mengatakan, pengangkatan Dr Thamrin Usman menjadi Dosen Fakultas Kedokteran bukan mendadak dilakukan. “Penunjukan ini tidak ujuk-ujuk,” terangnya.
Pengangkatan Thamrin tersebut setelah melalui berbagai pertimbangan dan persetujuan Dirjen Departemen Pendidikan Nasional bahwa Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tidak masalah dari bukan dokter.
Chairil menceritakan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak membawahi tiga program studi atau jurusan, yakni Pendidikan Dokter, Farmasi dan Ilmu Keperawatan.
Sudah lima tahun berjalan, telah mendapat izin dan harus mewisuda mahasiswanya. Tetapi belum memiliki Dekan, berbagai konsultasi dan pertimbangan-pertimbangan pun dilakukan. “Kami tidak gegabah melakukan penunjukan,” kata Chairil.
Sebelum penunjukan Thamrin menjadi Dekan, kata Chairil, dihadapkan pada permasalahan tidak adanya seorang dokter yang menjadi dosen di Untan memenuhi persyaratan. “Syaratnya itu dia sudah rektor kepala, jabatan fungsionalnya itu. Tetapi yang memenuhi persyaratan itu tidak ada,” terangnya.
Dikarenakan tidak dokter yang memenuhi persyaratan tersebut, diusulkan untuk mengambil dosen yang dokter dari universitas lainnya. “Tetapi, kita tidak sanggup membayarnya, karena harus menyiapkan rumah, kendaraan dan lainnya,” ungkap Chairil
Oleh karenanya, ketimbang membayar dosen dari kampus luar itu, lebih baik yang menjadi Dekan itu dari pihak Untan Pontianak sendiri. “Makanya, saya bertanya kepada Pak Dirjen, boleh tidak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dipimpin orang yang bukan dokter,” ujarnya.
Dirjen Departemen Pendidikan Nasional itu pun membolehkan untuk mengangkat dekan dari bukan dokter. “Dekan inikan jabatan administratif, bukan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan,” terang Chairil.
Tentunya berbeda dengan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan yang memang harus ditempati orang yang berlatar pendidikan sesuai. “Karena jabatan yang berkaitan langsung ini mengurus silabus mata kuliah dan lainnya, kalau tidak orang dari pendidikan tersebut, tentu akan hancur,” kata Chairil.
Ditunjukkan Thamrin, kata Chairil, pertimbangannya karena sedikit banyak dia diperlukan di fakultas tersebut. “Dia memang bukan dokter, dia ahli kimia. Selama ini beliau (Thamrin, red) juga dekan MIPA yang membawahi Prodi Kedokteran,” terang Chairil.
Terkait ancaman dosen yang tidak akan memberikan bimbingan kepada mahasiswa fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan tersebut, Chairil enggan berkomentar banyak. “Kami calling down dulu dalam satu atau dua hari ini,” katanya.
Hal senada diutarakan, Direktur RSUD dr Soedarso, Gede Sandjaja menanggapi dokter akan mogok memberikan bimbingan tersebut. “Kita calling down dulu, kita akan bertemu dengan dokter dan mahasiswa itu untuk mendengarkan langsung dari mereka apa keluhannya,” katanya.
Dia menerangkan, pertemuan yang direncanakan hari ini di RSUD tersebut akan memberikan pengertian kepada para dokter yang menjadi dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan. “Kita bertemu dulu. Kalau kita kelahi terus kapan bangsa kita akan maju,” kata Gede di Rektorat Untan kemarin.
Pertemuan yang dimaksudkan Gede tersebut rencananya akan mempertemukan kembali dokter-dokter, mahasiswa dan pihak Untan Pontianak. “Pada intinya kita tidak boleh mengorbankan mahasiswa,” katanya.
Saat ditanya mengenai pelantikan Dekan itu, Gede menilai hal tersebut sebagai hak prerogatif Untan Pontianak. “Kita tidak bisa mencampuri, tetapi kita juga menampung aspirasi-aspirasi dari pengajar itu,” terangnya.
Gede tiba di Rektorat Untan setelah unjuk rasa usai. Setelah dihubungi agar bertemu Rektor Untan Chairil Effendy sekitar pukul 12.30 kemarin. Ternyata sebelumnya dia juga tidak mengetahui adanya penolakan terhadap pelantikan tersebut. (dik)

Thamrin Ditolak Jadi Dekan


Dari Equator News

Kamis, 21 Januari 2010 , 00:59:00

Fakultas kedokteran mestinya dipimpin dokter. Untan tak bergeming dan tak keder. Mahasiswa dan dokter terus beleter.

Pontianak. Mahasiswa kedokteran biasanya jarang demo. Kemarin (20/1), puluhan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan beserta dosen menggelar unjuk rasa perdananya. Tak tanggung-tanggung, Dr Thamrin Usman DEA baru dilantik jadi Dekan didemo habis-habisan. Persoalannya sepele, karena Thamrin bukan dokter.
“Kami meminta pelantikan ini digugurkan. Kami nilai ini suatu penghinaan,” kata John Hard, dosen luar biasa di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, kemarin (20/1).
Hal itu diteriakkannya tanpa pengeras suara di teras depan Rektorat Untan Pontianak. Hal tersebut dibenarkan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak yang berunjuk rasa menuntut penghentian pelantikan Thamrim Usman menjadi Dekan.
Di waktu bersamaan, di lantai tiga Rektorat Untan Pontianak, dilaksanakan Upacara Pelantikan/Serah Terima Jabatan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Pejabar Struktural di Lingkungan Untan Pontianak.
Para pengunjuk rasa yang membawa berbagai poster penolakan dekan kedokteran dari non-dokter berupaya masuk ke tempat upacara pelantikan sejak sekitar pukul 09.00. Tetapi, keinginannya itu tidak dipenuhi pihak Untan.
Karena keinginannya tidak dipenuhi tersebut, suasana pun mulai memanas. Puluhan pengunjuk rasa yang mengenakan pakai seragam putih-putih itu mulai meneriakkan yel-yel penolakan terhadap dekan dari non-dokter.
John Hard yang merupakan dokter spesialis bedah, tampak mulai emosi dan membakar Surat Keputusan (SK) mengajarnya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan. Itu sebagai bentuk penolakan terhadap dekan kedokteran dari non-dokter. “Dokter seharusnya dipimpin dokter. Kalau tidak, itu penghinaan namanya. Kami tidak terima!” teriaknya.
Dikarenakan suasana semakin memanas, Pembantu Rektor (Purek) IV Dr Edy Suratman pun menemui para pengunjuk rasa. Kedatangan pria berkumis ini ternyata membuat pengunjuk rasa semakin marah. Tetap saja membawa pesan tidak boleh masuk ke ruang pelantikan.
Perdebatan pun tidak dapat dielakkan, terutama antara koordinator demonstrasi John Hard dengan Purek IV Edi Suratman itu. Keduanya mulai tampak emosi, sekalipun Edi Suratman tampak lebih sabar.
Setelah Purek IV tidak bisa menenangkan para pengunjuk rasa, dosen Untan lainnya juga turut menenangkan pengunjuk rasa. Untuk sementara, suasana memanas dapat diredakan.
Tetapi, hanya berselang beberapa menit saja, kembali pengunjuk rasa berupaya masuk ke ruang pelantikan. Tak ayal, saling dorong pun tak dapat dielakkan antara pengunjuk rasa dengan security kampus serta dosen Untan.
Dikarenakan saling dorong tersebut, pintu kiri depan Rektorat Untan Pontianak yang terbuat dari kaca berderai. Seorang security mengalami luka di bagian belakang kepalanya, terkena serpihan kaca yang berantakan.
Security kampus tersebut berlari seraya memegangi kepala bagian belakangnya untuk mendapatkan pertolongan pertama. Selanjutnya, dia di bawah ke rumah tangga kampus untuk mendapatkan pengobatan.
Ketika pintu rektorat berderai menghantam lantai ubin Rektorat Untan, suara menggelegar yang dihasilkannya di dengar Rektor Untan Pontianak Prof Dr Chairil Effendy yang baru saja usai memimpin upacara pelantikan. “Apa itu, sampai pecah-pecah gitu, kenapa sampai begitu,” katanya ketika menuruni tangga Rektorat.
Selanjutnya, Chairil pun langsung menemui para pengunjuk rasa yang bertabur biar di lobi Rektorat Untan. Dia meminta perwakilan pengunjuk rasa untuk menemuinya di ruang Rektor. Pertemuan antar Chairil dengan beberapa perwakilan pengunjuk rasa tersebut dilakukan secara tertutup.
Menyangkan Demo
Ketua Dewan Pembina III Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FK-IK) Untan, H Ilham Sanusi tidak sependapat dengan keputusan pendemo menolak pelantikan Thamrin Usman sebagai Dekan FK-IK.
“Saya heran mengapa mesti ada demo yang dilakukan kalangan dokter yang tidak menginginkan DR Thamrin dilantik. Kita harus tahu fungsi dan peran kita soal pelantikan itu,” ucap Ilham.
Pelantikan merupakan ranah universitas, bukan ranah rumah sakit. Yang perlu diketahui bahwa Dekan dan dosen senior di Untan hanya Thamrin. “Kalau pun ada saran, ambil saja Dekan FK-IK dari UI. Tapi, apakah itu harus kita lakukan kalau ada SDM kita yang mampu memimpin FK-IK Untan,” tegasnya.
Ilham menilai, kebijakan Rektor Untan melantik Dekan FK-IK sudah tepat dan bijaksana. “Saya ucapkan selamat kepada Rektor Untan bahwa sudah diresmikannya FK-IK dan dilantiknya DR Thamrin sebagai Dekan FK-IK pada hari ini,” lanjutnya.
Ilham memiliki segudang alasan mendukung pelantikan Thamrin. “Sebelumnya, FK adalah Prodi yang dinaungi FMIPA Untan yang dibina DR Thamrin dan dibantu oleh Ketua Prodi Kedokteran, seorang Prof dari FK Universitas Indonesia (UI) yang menetap di Untan,” kenangnya.
Menurut Ilham, sejak dibangunnya FK, Thamrin berperan aktif sebagai aktivis pendiri. Kemudian juga ikut membesarkan Prodi Farmasi dan Keperawatan. Dalam proses belajar-mengajar, Thamrin juga ikut aktif selama lima tahun, sampai mahasiswa bisa mengikuti praktik di rumah sakit di Kalbar yang telah melakukan kerja sama dengan FK Untan.
Ilham mengaku sangat menghargai kebijakan Untan yang bekerja sama dengan FK UI, di mana biayanya dibantu Dewan Pembina dari pemerintah kabupaten/kota. Berdasarkan penilaian terakhir dari FK UI, mahasiswa FK Untan nilai akademiknya sangat tinggi. Bahkan, tidak kalah dengan mahasiswa FK yang ada di Indonesia. Untan juga telah melakukan MoU dengan rumah sakit yang ada di Kalbar dan bahkan di luar negeri untuk praktik magang mahasiswa FK Untan.
Ilham merespons positif atas kebijakan Rektor Untan mengangkat Dekan FK bukan dari kalangan dokter. Alasannya, untuk reformasi dunia pendidikan. “Dekan itu seorang manager yang pandai mengelola manajemen FK. Kemudian, dibantu oleh Ketua Prodi atau Jurusan Kedokteran Umum, Farmasi dan Keperawatan. Jabatan Ketua Prodi atau Jurusan itulah yang nantinya sesuai dengan kompetensinya,” jelasnya.
Soal kualitas, Ilham sangat yakin dengan kemampuan Thamrin yang tamatan luar negeri dan memiliki wawasan internasional. Kondisi seperti itu jelas sangat diperlukan, terlebih memasuki AFTA di mana Kalbar harus tingkatkan daya saing.
“Selain itu, pengangkatan Dekan FK-IK ini juga telah disetujui oleh Dikti. Jadi bukan keinginan Rektor Untan semata. Dirjen Dikti sendiri setuju kalau Dekan FK-IK bukan dari kalangan dokter,” tuntas Ilham. (dik/bdu)

Pelantikan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, Diwarnai Demo

Dari RRI

Pelantikan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, Diwarnai Demo
Friday, 22 January 2010 06:52
Pontianak - Pelantikan dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, kemarin (20/1) diwarnai demo puluhan dosen. Mereka tidak setuju dengan penunjukan Dr Thamrin Usman sebagai dekan fakultas tersebut. Dalihnya, Thamrin bukan seorang dokter. Menghadapi penolakan itu, rektorat mengundang wakil para dosen untuk berdialog. Dialog yang berlangsung selama satu jam tersebut tidak membuahkan hasil. Para dosen tetap tidak mau menerima Thamrin sebagai dekan. Mereka menuntut dekan FKIK adalah seorang dokter. "Harus dokter yang memimpin FKIK. Tidak ada hubungan antara matematika dengan kedokteran," ungkap John Hard, salah seorang dosen yang mewakili rekan-rekannya dalam dialog tersebut.

Rektorat bergeming. Pelantikan Thamrin sebagai dekan FKIK tidak bisa dibatalkan. Para dosen pun bertahan dengan sikap mereka. Mereka mengancam mogok mengajar. "Kami tidak akan mengajar sampai tuntutan itu dikabulkan," tuturnya. Dekan bukan kalangan dokter, papar dia, akan berdampak pada perkembangan mahasiswa yang secara psikologis akan terpengaruhi. "Pasti ada dampaknya, efek psikologis," ucapnya. Rektor Untan Chairil Effendi beralasan tidak memiliki biaya jika mendatangkan dekan dari unversitas di luar Kalbar.
John lantas berargumen, selama ini bukan rektor yang membayar dosen FKIK, melainkan mahasiswa. "Selama 3,5 tahun saya mengajar, tidak pernah dibayar. Bukan rektor yang bayar dosen, melainkan mahasiswa dengan uang SPP," paparnya. Chairil menuturkan bahwa FKIK memiliki tiga program studi, yakni program pendidikan dokter, pendidikan farmasi, dan ilmu keperawatan. "Penunjukan Doktor Thamrin sudah saya konsultasikan dengan Dirjen Dikti," papar dia. rri.co.id/dodo

Tolak Dekan, Dokter Ancam Berhenti Mengajar

Dari Kompas

Tolak Dekan, Dokter Ancam Berhenti Mengajar
Kamis, 21 Januari 2010 | 02:01 WIB
KOMPAS/WISNU AJI DEWABRATA

PONTIANAK,KOMPAS.com - Sejumlah dokter dari RSUD dr Soedarso mengancam berhenti mengajar di Fakultas Kedokteran (FK) dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Ini sebagai bentuk penolakan penetapan dekan yang bukan berlatar belakang ilmu kedokteran.

Dalam aksi di depan Rektorat Rabu siang, kaca pintu depan gedung tersebut pecah karena mereka berusaha masuk untuk menghentikan pelantikan Dr Thamrin Usman DEA sebagai dekan yang Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak.


Untuk diketahui, Usman adalan calon dekan yang berlatar belakang pendidikan bidang kimia. Sebelumnya ia adalah Dekan Fakultas Matematika IPA. Sementara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan sebelumnya masih berupa program studi dan tergabung di Fakultas MIPA. Ketua Program Studi dijabat Prof Wahyuning dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

John Hard, dokter spesialis bedah syaraf yang ikut dalam aksi itu mengatakan tidak bisa menerima keputusan pihak universitas. Menurut dia, pembentukan karakter dan dokter yang mumpuni haruslah juga dipimpin oleh seorang dokter.

Ia menganggap ada kejanggalan karena Prof Wahyuning sendiri menyarankan agar Untan dapat mengambil dokter dari universitas lain di Indonesia untuk menjadi dekan di fakultas tersebut. Namun hal itu tidak dilakukan karena pihak universitas harus mengeluarkan biaya besar.

Rektor Untan Prof Dr Chairil Effendy mengatakan, penunjukan dekan untuk Fakultas Kedokteran melalui proses panjang dan telah mendapatkan persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi.

Menurut dia, jabatan dekan adalah jabatan administratif yang tidak berkaitan langsung dengan perkuliahan. Hal itu berbeda dengan posisi ketua program studi karena berkaitan langsung dengan perkuliahan.

"Mengangkat dekan dari universitas lain juga memungkinkan. Namun Untan harus menyiapkan rumah jabatan, kendaraan dan honor yang besar. Sedangkan dokter yang menjadi dosen belum ada yang memenuhi persyaratan sebagai dekan," katanya.

Sebanyak 42 orang dokter spesialis dan 20 dokter umum di RSUD dr Soedarso Pontianak kini menolak memberikan bimbingan kepada mahasiswa Kedokteran Untan.

Dokter RSUD Tetap Menolak

Dari Tribun Pontianak

Dokter RSUD Tetap Menolak
GALIH NOFRIO NANDA/TRIBUN PONTIANAK
DEMONSTRASI - Puluhan mahasiswa dan dokter dari Fakultas Kedokteran Untan demonstrasi
Sabtu, 23 Januari 2010 | 23:31 WIB

PONTIANAK, TRIBUN - Para dokter di RSUD dr Soedarso yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Untan, tak ingin dicap negatif terkait aksi unjuk rasa sehari yang lalu. Mereka menegaskan, citra mereka tak seburuk yang disangkakan sejumlah pihak.

Itulah pesan yang mereka titipkan pada Ketua Jurusan dan Program Studi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan FKIK, Prof Dr dr Wahyuning Ramelan SpAnd. Wahyuning diundang pada rapat rutin Komite Medik, Kamis (21/1) pagi di RSUD dr Soedarso.

"Para dokter menyampaikan aspirasi yang tetap menginginkan dekan FKIK dijabat seorang dokter. Aspek managerial tetap tak bisa dipisahkan dari keahlian bidang kedokteran," ujar Wahyuning kepada Tribun, ditemui di ruang kerjanya.

Para dokter itu pun meminta Wahyuning dan Direktur RSUD dr Soedarso, dr Gede Sandjaya SpOT(K), sebagai penghubung mereka dengan rektorat Untan. Mereka berdua diharap sebagai mediator untuk mempertemukan perbedaan pendapat tersebut.

Sore itu sekitar pukul 14.15 WIB, Wahyuning bersama Gede terlihat mendatangi ruang kerja Rektor Untan, Prof Dr Chairil Effendy. Gede hanya berkomentar "no comment", saat bersama Wahyuning menaiki tangga menuju lantai dua.

Para Pembantu Rektor pun hadir di ruangan Chairil, dan juga Dr Thamrin Usman DEA yang sehari sebelumnya dilantik sebagai Dekan FKIK. Sebelum pertemuan itu berlangsung, Chairil bersedia berbicara kepada pers.

Ia menyampaikan maaf atas kebijakan yang menimbulkan salah paham, yang menurutnya akibat kurang lancarnya komunikasi. Meski begitu, ia mengatakan belum berfikir untuk mengubah kebijakannya, dengan mengganti Thamrin dengan pejabat lain dengan kualifikasi dokter.

"Kita belum berfikir ke sana (mengganti Thamrin). Saya sendiri sudah minta kepada dr Gede untuk memberi pemahaman kepada para dokter di sana supaya tidak mogok ngajar," ujarnya.
Hampir satu jam dalam pertemuan itu, Gede terlihat keluar ruangan sekitar pukul 14.15. Sambil berjalan agak tergesa, ia sempat melontarkan ucapan "no comment" pada wartawan yang hendak memintai tanggapannya.

"Masalah beres. Clear. Di luar itu, no comment," ucap spesialis bedah tulang ini sambil mencari mobilnya di parkiran.

Tapi, bagaimana dengan ancaman 62 dokter spesialis dan umum asal RSUD dr Soedarso yang mengancam mogok mengajar? Gede menyakinkan sama sekali tak ada persoalan lagi, dan ia bisa mengatasinya.

"Tak masalah. Tidak ada apa-apa. Bisa saya atasi," ucapnya terburu.

Chairil sendiri sebelumnya menegaskan, tak ingin kehilangan mitra kerja dengan para dokter di RSUD dr Soedarso. Ia meminta pengertian, jangan sampai pendidikan kedokteran yang merupakan cita-cita Kalbar sejak lama jadi berantakan.

Ia menuturkan pengalaman Universitas Lampung (Unila), yang dekan FKIK-nya justru dijabat figur yang berlatar ilmu kehutanan. Meski begitu, ia berjanji tetap akan mendengarkan aspirasi para dokter tersebut.

"Jabatan dekan memegang peran managerial, jadi tak masalah jika bukan dijabat dokter. Tapi yang tidak bisa tidak harus dijabat dokter yakni Ketua Program Studi," ujar Chairil. (end)

62 Dokter Boikot Ngajar di Untan

Dari Tribun Pontianak

62 Dokter Boikot Ngajar di Untan
Rabu, 20 Januari 2010 | 11:55 WIB

PONTIANAK, TRIBUN - Sebanyak 62 dokter di RSUD dr Soedarso memboikot tidak akan mengajar di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak.

Boikot itu digelar sebagai wujud penolakan mereka terhadap pelantikan DR Thamrin Usman DEA sebagai Dekan FK, Rabu (20/1).

Staf pengajar di FK Untan, dr John Hart mengatakan, pihaknya akan bertemu Rektor Untan Prof Dr Chairil Effendi MS untuk membahas pembatalan pelantikan Thamrin. Thamrin ditolak menjadi Dekan FK karena bukan seorang dokter.

"Sebanyak 62 dokter, yang terdiri dari 42 dokter spesialis dan 20 dokter umum akan mogok mengajar di FK Untan sampai tuntutan kami dipenuhi yakni membatalkan pelantikan Pak Thamrin sebagai dekan FK," ujar dokter spesialis syaraf di RSUD dr Soedarso ini.

Sebelumnya Rektor Untan mengatakan, pihaknya sudah berkonsultasi dengan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti). Menurut Rektor yang mengutip Dikti, tidak masalah bukan seorang dokter menjadi dekan FK asal kepangkatan sudah sesuai.

Lagipula, masih menurut Rektor, dosen-dosen yang berasal dari dokter kepangkatannya belum mencukupi untuk menjadi dekan.

John Hart mengatakan, ada alternatif yang ditawarkan para dokter, di antaranya bisa mengambil dekan dari dokter yang kepangkatannya sudah sesuai dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Namun Rektor mengatakan, opsi itu akan menyebabkan pengeluaran tambahan. (nina soraya)

Mahasiswa Pecahkan Kaca Rektorat Untan

Dari Tribun Pontianak

Mahasiswa Pecahkan Kaca Rektorat Untan

Rabu, 20 Januari 2010 | 10:52 WIB

PONTIANAK, TRIBUN - Puluhan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak menggelar unjukrasa menolak pelantikan Dr Thamrin Usman DEA sebagai dekan FK, Rabu (20/1) pukul 10.00 WIB.

Dalam aksi tersebut kaca depan lantai satu Rektorat Untan pecah yang diduga disebabkan aksi saling dorong. Mahasiswa menolak Thamrin karena ia bukan dokter.

Saat ini sejumlah mahasiswa bertemu Rektor Untan Prof Dr Chairil Effendi MS. Sementara sebagian yang lain masih menggelar aksi unjukrasa dengan membentangkan poster.

Fakultas FK Untan sebelumnya merupakan program studi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Untan.

Sebelumnya sejumlah dokter yang mengajar di Fakultas Kedokteran juga menolak Thamrin sebagai dekan. Mereka mengancam akan berhenti mengurus mahasiswa.

Sebagian besar dosen FK Untan berasal dari RSUD dr Soedarso. Saat ini ada sekitar 42 dokter spesialis dan 20 dokter umum. dr Bambang SN seorang dosen bahkan mengancam akan mogok mengajar.

Rektor Untan mengatakan, pihaknya sudah berkonsultasi dengan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti). Menurut Rektor yang mengutip Dikti, tidak masalah bukan seorang dokter menjadi dekan FK asal kepangkatan sudah sesuai.

Lagipula, masih menurut Rektor, dosen-dosen yang berasal dari dokter yang ada saat ini, kepangkatannya belum mencukupi untuk menjadi dekan. (nina soraya/stefanus akim)

Fakultas Kedokteran atau Fakultas dan Ilmu Kesehatan



Dari Pontianak Post, Rabu, 27 Januari 2010


Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Prof Dr J.S Badudu dan Prof Sultan Mohammad Zaim, nama adalah kata atau sebutan yang diberikan kepada seseorang atau benda untuk mengenal orang dan benda itu dan membedakan dengan yang lain. Nama juga dapat berarti gelar yang diberikan sebagai pengenal. Sebagian orang penamaan atau pemberian nama tidak terlalu penting karena dianggap hanya sekedar panggilan atau sebutan saja. Apalah arti sebuah nama atau sebutan itu. Nama sebenarnya menggandeng arti tertentu, misalnya anak yang cantik dipanggil dengan Cantik. Pemberian nama juga dapat menimbulkan atau menggambarkan keadaan atau perilaku orang yang diberi nama. Kadang-kadang pemberian nama tidak sempat dipikirkan arti dan akibat yang akan timbul kemudian, karena hanya akan dianggap sebagai panggilan saja. Ada pemberian nama yang sudah disiapkan dan dipahami makna dan dampak serta akibatnya. Yang baik adalah pemberian nama yang mempunyai makna atau arti yang baik serta memberi rasa bangga, terhormat, dan puas atas nama yang diberikan. Tetapi ada sebagian kecil orang tua yang memberikan nama yang diberikan itu bermakna kurang baik, serta dapat menimbulkan kerugian atau merasa malu atau tidak terhormat dengan nama itu.

Pada tahun 1980, penulis pernah bertemu dengan seorang ibu yang membawa anak balitanya untuk berobat di tempat praktek. Penulis heran dan terkejut waktu tahu anak balitanya bernama Anus. Waktu Penulis menanyakan tentang pemberian nama Anus tersebut, ibu tersebut menjawab bahwa nama Anus adalah nama yang baik, mudah dipakai untuk panggilan, serta kakak dan abangnya juga punya nama yang baik dan mudah, serta tidak terlalu kuno alias nama yang dianggap modern. Nama abang dan kakaknya Anas dan Anis, yang memang nama panggilan mudah dan modern serta manis atau enak didengar. Waktu penulis menanyakan arti nama Anus dan mengapa nama tersebut dipikir, si ibu menjawab tidak tahu arti nama – nama yang diberikan kepada ketiga anak tersebut, hanya mengatakan itu adalah nama-nama yang bagus, mudah diingat sebagai nama panggilan, serta cukup mengganti huruf ketiga saja, yaitu a dan i diganti dengan u saja. Tampaknya sangat mudah dan sederhana dalam memberi nama tiga orang anaknya. Ibu atau keluarga tidak mempertimbangkan akibat atau dampak dari pemberian nama tersebut di masa depannya. Penulis menyarankan untuk mengganti nama anak ketiganya dengan nama lain yang tidak menimbulkan akibat dan dampaknya yang buruk dalam hidupnya karena nama anak Anus tersebut. Anus dalam bahasa Indonesia berarti dubur atau pelepasan. Oleh sebab itu pemberian nama sebaiknya juga dipikirkan akibat dan dampaknya dengan pemberian nama, baik untuk sekarang atau jangka panjang.

Setelah Universitas Muhammadiyah Pontianak mendirikan Fakultas Ilmu Kesehatan tahun 2002 berdasarkan surat Persetujuan Mendiknas No 1292/D2/2002, timbulnya keinginan sebagian masyarakat Kalbar mempunyai Fakultas Kedokteran. Kalbar mempunyai potensi dan mampu mendirikan Fakultas Kedokteran (FK). Karena FK merupakan fakultas yang padat moral, padat iptek, dan padat karya (tenaga) maka yang tepat untuk merintis dan menyiapkan pendirian FK adalah Universitas Tanjungpura (Untan). Keinginan mendirikan FK ini mulai disosialisasikan ke masyarakat, tokoh masyarakat, penentu kebijakan, serta institusi lain yang ada di Kalimantan Barat. Pada awalnya timbul pro (setuju) dan kontra (tidak setuju) baik dari kalangan universitas maupun yang diluar universitas dengan alasan masing-masing. Yang setuju terus meningkatkan sosialisasi dan motivasi yang pada akhirnya dapat dukungan dari sebagian besar masyarakat, dan pemerintah daerah baik provinsi maupun kota/kabupaten.

Untan merespon dengan baik pendirian FK Untan. Rektor Untan pada saat itu, Prof Asniar manyatakan siap untuk mendirikan FK Untan. Rencana dan Persiapan pendirian FK Untan disiapkan dengan baik, yang kemudian Rektor menyatakan Untan siap untuk mewujudkan FK Untan tahun 2005. Dukungan berupa dana, sarana dan prasarana, tenaga, dan dukungan non fisik disiapkan dan diupayakan oleh Rektor Untan, sehingga tahun 2005 FK Untan benar-benar dapat diwujudkan. Gedung atau kampus Fakultas Kedokteran Untan pun dapat diwujudkan. Pantas masyarakat Kalbar mengucapkan salut dan penghargaan kepada Rektor Untan beserta jajarannya yang merespon dengan cepat dan baik keinginan masyarakat tentang pendirian FK Untan.
Masyarakat Kalbar adalah wajar dan merasa terhormat bahwa telah dapat mewujudkan Fakultas Kedokteran Untan. Proses belajar mengajar dan kegiatan – kegiatan Fakultas Kedokteran Untan berjalan lancar dan baik. Sayang pada awal tahun 2010 ini timbul kekacauan atau kekisruhan di FK Untan. “Penetapan DR Thamrin Usman sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura menuai protes dari para dokter. Mereka mengancam akan mogok mengajar bila pelantikan terhadap Thamrin Usman sebagai Dekan FK Untan banyak terdapat kejanggalan. Surat eputusan penunjukan terkesan aneh dan mendadak. Sebelumnya tidak pernah dilakukan sosialisasi dan pemberitahuan kepada dosen yang mengajar.“ (Pontianak Post, 20 Januari 2010). Bagi masyarakat yang aneh dan membingungkan disamping penetapan Thamrin Usman sebagai dekan adalah perubahan Fakultas Kedokteran Untan menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Perubahan nama FK menjadi FKIK betul-betul sangat mengejutkan, mendadak dan aneh serta sulit diterima akal. Perubahan nama fakultas ini tidak transparan, ada kesan sesuatu yang tidak jelas, mengingkari amanah, bahkan terkesan membohongi publik. Amanah yang dipercayakan kepada Untan adalah Fakultas Kedokteran. Tetapi setelah diwujudkan/didirikan fakultas kedokteran Untan dan telah berjalan hampir 5 tahun diganti menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan. Nama FKIK sebenarnya tidak tepat, karena kedokteran sebenarnya merupakan bagian dari rumput (kelompok) ilmu kesehatan.

Kalau kenyataannya ada universitas yang menggunakan nama Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, ada kesalahan dalam menggantikan atau memahami kata kedokteran dan ilmu kesehatan, sehingga kurang tepat atau tidak bijak dalam menentukan, apalagi terlalu ditinjau dari riwayat pendirian Fakultas Kedokteran. Di Untan, Fakultas Kedokteran sudah ada lebih dulu dan baru mengubah atau mengganti FK menjadi FKIK. Jadi Untan ingin mendirikan fakultas Ilmu Kesehatan Untan dapat didirikan dengan prodi yang ada di lingkungan ilmu kesehatan misalnya prodi keperawatan, prodi yang ada di lingkungan ilmu kesehatan. Prodi farmasi ada sebagian pakar yang menggolongkan masuk prodi di fakultas MIPA, tidak termasuk prodi Fakultas Ilmu Kesehatan. Perubahan FK Untan menjadi FKIK menimbulkan kesan dan penilaian terhadap Untan / rektor beserta jajarannya tidak amanah, tidak transparan, otoriter, ada sesuatu yang disembunyikan dan terkesan mendadak serta tanpa sosialisasi lebih dulu.
Alasan kalau sudah ada FKIK di Universitas lain adalah alasan yang kurang tepat, kalau mau mendirikan fakultas baru seharusnya mencontoh yang benar. FKIK dapat bermakna kedokteran bukan bagian atau prodi ilmu kesehatan. Perubahan nama FK Untan menjadi FKIK Untan dapat menimbulkan dampak atau masalah yang berkembang, meluas, berlarut-larut dan dapat berdampak sistemik. Sebaiknya nama FKIK dikembalikan ke nama semula yaitu Fakultas Kedokteran (FK), sebagai amanah dari masyarakat Kalbar dan pemda propinsi kabupaten/kota. **

* Penulis, pemerhati pendidikan – kesehatan.

Dekan (Bukan Hanya) Manager


Dari Pontianak Post, Rabu, 27 Januari 2010


Salah satu dampak pengiring dari pelantikan Dr. Thamrin Usman, DEA sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan adalah pernyataan beberapa orang (non-akademisi) tentang tugas dekan suatu fakultas di sebuah universitas. Dekan merupakan pimpinan suatu fakultas. Fakultas merupakan bagian dari sebuah universitas yang mewadahi satu disiplin ilmu (Misal: Fakultas Hukum, Fakultas Pendidikan) atau beberapa disiplin ilmu yang saling berkaitan (Misal: Fakultas Bisnis dan Managemen, Fakultas Kedoteran dan Ilmu Kesehatan).
Seperti yang dilaporkan di sejumlah media massa, mereka menyatakan bahwa tugas dekan itu bersifat managerial. Dikatakan, dekan di suatu fakultas tidak perlu ahli dalam disiplin ilmu yang dikembangkan oleh fakultas yang dipimpinnya. Yang penting kemampuan managerialnya baik. Secara umum ada empat tugas yang harus diemban oleh setiap perguruan tinggi. Tugas pertama adalah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas ini dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pendidikan. Univeristas menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai dsiplin ilmu yang menjadi andalannya. Tugas kedua adalah mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas ini dilaksanakan dalam bentuk kegiatan penelitian. Tentu juga dibawah penelitian payung yang menjadi fokus jelajah perguruan tinggi yang bersangkutan. Tugas ketiga adalah menyediakan jasa konsultasi ilmiah. Tugas ini dilaksanakan dalam kegiatan pengabdian (baca: pelayanan) kepada masyarakat. Ketiga tugas itu, di Indonesia, dikenal sebagai Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Sedangkan tugas keempat adalah preservasi ilmiah. Tugas ini dilaksanakan dalam bentuk melakukan ’rekaman’ ilmiah tentang pengetahuan yang ’hampir’ ditinggalkan masyarakat luas. Misalnya, Untan dapat melakukan presevasi ilmiah tentang kehidupan lanting yang dalam tiga dasa warsa terakhir ini sudah banyak ditinggalkan oleh sebagian masyarakat Kalbar. Untan juga membuat ‘rekaman’ ilmiah tentang kehidupan komunitas etnis Tionghua kelas bawah yang juga hampir tidak ada lagi dsb. Keempat tugas yang diemban oleh suatu perguruan tinggi ini sesungguhnya dilaksanakan di tingkat fakultas. Tiap fakultas melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkan oleh fakultas yang bersangkutan.
Dekan berposisi sebagai ‘orang nomor satu’ di fakultasnya. Karena itu, dekan merupakan chief academic officer (CAO) dan bukan chief Executive Officer (CEO). Di universitas yang bertaraf internasional, dekan selalu dijabat oleh seorang Profesor. Sebagai professor, dekan diharapakan dapat memberi jaminan akan kebebasan akademik. Dekan dapat melindungi para dosen yang berbeda pendapat dengan pendapat umum, atau berbeda secara terbuka dari penguasa dalam mengembangkan keilmuannya. Nah, dengan demikian dekan yang juga seorang professor haruslah berada di garis depan dalam disiplin keilmuannya.
Berada di garis depan dalam bidang ilmunya menjadi syarat mutlak untuk menduduki kursi dekan. Dengan begitu, memang dekan bukan sekedar manager. Yang diurus dekan bukan hanya masalah managerial. Masalah-masalah managerial diurus oleh para wakil (Pembantu) dekan: wakil dekan bidang akademis, wakil dekan bidang personalia dan administrasi, wakil dekan bidang keuangan, dan wakil dekan bidang kemahasiswaan.

Yang diurus oleh dekan meliputi pengembangan pendidikan dan juga pengembangan ilmu pengetahuan di fakultas yang dipimpinnya. Dengan begitu, di fakultas yang dipimpinnya berkembang ilmu pengetahuan yang menjadi unggulannya. Dengan model ini, maka di perguruan tinggi yang bertaraf internasional, dekan dapat bertahan lama sejauh ia masih dapat menempatkan fakultasnya di garis depan dalam keilmuannya. Jika tidak mampu ia mengundurkan diri atau siap digantikan oleh profesor lain yang masih berada di garis depan.
Profesor Margono Slamet, salah seorang yang mempunyai andil besar dalam mengembangkan perguruan tinggi di wilayah barat Indonesia (termasuk Untan) menyatakan menjadi dekan penuh dengan tantangan. Karena itu, seorang dekan harus cerdik bagai burung merpati, kuat bagai naga, dan luwes bagai diplomat. Semoga! **

Kembali jadi Dekan, Plt Dekan FKIK Untan


Dari Pontianak Post Selasa, 26 Januari 2010


PONTIANAK--Senat Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (MIPA) melakukan pertemuan dengan Rektor Untan di ruang sidang rektorat Lantai II. Pertemuan digelar terkait penolakan pengaktifan kembali DR Thamrin DEA sebagai Dekan FMIPA setelah rektor merevisi SK pengangkatannya sebagai Dekan FKIK. Penolakan ini datang dari sejumlah dosen dan mahasiswa FMIPA.Rektor Untan Prof DR Chairil Effendi MS menjelaskan semua sudah dibicarakan. “Sepakat menerima keputusan rektor,” katanya ditemui usai rapat dengan senat FMIPA, kemarin (25/1). Chairil menambahkan, yang terjadi hanya masalah komunikasi. Thamrin sebagai dekan FMIPA, dimintanya untuk secepatanya melengkapi anggota senat FMIPA, karena ada enam anggotanya yang sedang melanjutkan studi.

Sedang masalah kedokteran, menurut Chairil, secepatnya akan mencari dekan FKIK, dengan catatan harus PNS dosen yang sudah memenuhi persyaratan. “Memang aturan Dikti tidak masalah dekan FKIK bukan dokter menjabatnya,” ujarnya. FKIK, lanjut Chairil, pendiriannya merupakan aspirasi masyarakat Kalbar. Pembangunannya mendapat sokongan penuh dari stakeholder, baik itu pemerintah maupun masyarakat. Jadi, kata dia, dukungan stakholder sangat dibutuhkan perguruan tinggi. Sebagai bagian dari anggota senat FMIPA, DR Thamrin ikut dalam pertemuan tersebut. “Lima belas orang anggota senat yang mengikuti rapat. Sudah lebih dari duapertiga,” katanya ditemui usai pertemuan.
Menurut Thamrin, intinya sudah beres semua. Keputusan diambil melalui musyawarah secara kekeluargaan. “Ini lebih baik dari voting,” tutur Thamrin. “Perbedaan pendapat telah mencair dan sepakat mengaktifkan kembali dirinya sebagai Dekan FMIPA hingga akhir jabatan tahun 2013 mendatang, sambil mengemban tambahan sebagai Plt dekan FKIK. Aktivitas pembelajaran di FMIPA tidak terpengaruh dengan permasalahana ini. Sekarang lagi ujian akhir,” katanya. Thamrin menambahkan, hasil pertemuan dalam waktu dekat akan disosialisasikan ke seluruh civitas akademika FMIPA. Bentuk sosialisasinya, kata dia, disesuaikan dengan mekanisme intern fakultas. Teknisnya dapat melalui rapat jurusan atau rapat senat,” kata Thamrin mencontohkan.
Menurut Thamrin, sudut pandang beda, dinilainya wajar, namun perbedaan pendapat bukan dalam urusan ngotot melainkan untuk mencetak SDM. “Dekan merupakan tugas tambahan bagi seorang dosen,” katanya. Prof.DR.dr. Wahyuning Gumilar, yang ikut rapat senat, mengatakan Thamrin menjabat Plt Dekan FKIK, pengalaman Thamrin sebagai dekan FMIPA dapat dipakai untuk megembangkan FKIK. Ia menjelaskan, dekan FKIK dapat dijabat dari unsur bukan berlatar belakang seorang dokter, jadi bisa dipilih. “Mengeni dekan FKIK kedepan tergantung intern Untan,” katanya.

Jangan Diintervensi
Pihak-pihak yang tidak berkepentingan diminta tidak terlalu jauh mencampuri bahkan mengintervensi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Tanjungpura.”Untan itu adalah lembaga pendidikan yang otonom. Pihak lain di luar itu jangan terlalu intervensi. Apalagi dengan adanya kaitan pemerintah daerah. Bila perlu, pemerintah yang fasilitasi dan cari solusinya,” kata Ketua Komisi A DPRD Kalbar Retno Pramudya, menanggapi polemik penunjukkan Dekan FKIK dari Thamrin Usman, kemudian direvisi kembali karena adanya berbagai aspirasi.Bahkan Pemerintah Provinsi Kalbar sekalipun, kata dia, tidak harus mengintervensi kebijakan yang dilakukan Rektor Untan dalam pengangkatan Dekan FKIK.Begitu juga dengan campur tangan dokter-dokter RSUD Soedarso dalam pemilihan dekan, kata dia, sebenarnya tidak semestinya terjadi jika mereka mengetahui tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

”Kita minta dokter RSUD Soedarso jangan telalu jauh mencampuri soal dunia pendidikan FKIK Untan. Tugas mereka sebagai dokter di RSUD Soedarso harus diutamakan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik ke masyarakat,” katanya.Retno juga meminta mahasiswa FKIK Untan jangan dibawa-bawa dalam ranah polemik, apalagi sampai diprovokasi untuk melakukan aksi pemilihan dekan.”Banyak diantaranya adalah mahasiswa yang kualiahnya dibiayai APBD kabupaten/kota. Jangan sampai ketika mereka terprovokasi dan melakukan tindakan bertentangan dengan hukum, kemudian mengorbankan kuliah mereka seperti terkena skorsing atau bahkan dikeluarkan,” ujarnya.Retno menegaskan lagi, polemik penunjukkan Dekan FKIK Untan harus diserahkan sepenuhnya kepada Untan yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi tanpa harus ada intervensi dari pihak manapun.(stm/zan)

Revisi SK Dekan FKIK Menjadi Tidak Lazim


Dari Pontianak Post, Senin, 25 Januari 2010


PONTIANAK—Revisi SK pengangkatan DR Thamrin sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kedoktean dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura dalam waktu kurang seminggu oleh Rektor Untan menuai pertanyaan. H Jayadi Umar, mantan anggota DPRD Kota Pontianak priode 1999-2004 salah satunya. Menurut Jayadi, SK pengangkatan direvisi, sedang yang dilantik belum diberikan kesempatan memimpin. Sebagai masyarakat, ia menilai menjadi tidak lazim sesingkat itu keputusan rektor dapat berubah. “Apa dasar dilakukannya revisi, mesti jelas seharusnya,” katanya. Jayadi mengatakan, sebaiknya semua persoalan terkait penolakan pengangkatan Thamrin sebagai Dekan FKIK dikembalikan kepada pedoman aturan. Apabila dalam aturan memang menyebutkan, jabatan dekan fakultas kedokteran mutlak dijabat seorang dokter, maka semua harus tunduk dengan itu. “Termasuk FKIK Untan,” katanya kepada Pontianak Post tadi malam.

Jayadi mengatakan apabila tidak ada aturan itu, berarti tidak ada masalah. “Sebab dekan, posisinya manajerial bukan tekhnis,” ujarnya. Jayadi menggangap, bila dihubungkan dengan demokrasi, perkara ini tidak fair namanya. Kecuali, dekan yang dilantik berkinerja buruk, tidak menjadi persoalan SK pengangkatan direvisi. Ia mencontohkan, dalam pemerintahan SBY, dikenal 100 hari program kerja. Pada masa priode kerja itu dilakukan evalusi seobjektif mungkin agar, kinerja seseorang dapat diketahui kemampuannya. Aksi unjuk rasa penolakan pelantikan Dekan FKIK, yang sampai menyebabkan pecahnya kaca pintu rektorat, Jayadi menilainya sebagai tindakan anarkis. “Kenapa aset negara dikorbankan?” tanyanya. “Kampus tempat bernaung kaum intelektual,” kata Jayadi. Ia menyayangkan sekali peristiwa tersebut.

Kaca pintu gedung rektorat tidak bersalah. Rektorat dibangun menggunakan uang rakyat, Jadi, kata dia, tindakan keliru, menyampaikan aspirasi sampai menimbulkan kerusakan aset negara. “Kampus, tempat bernaung kaum intelektual, tentunya setiap persoalan dapat dipecahkan melalui tukar pendapat bukan dengan memecahkan kaca. Terus terang Untan perguruan Tinggi terbesar di Kalbar. Seluruh masyarakat ingin Untan itu maju pesat. Tapi, apabila terus berpolemik bagaimana mau maju?” katanya. Jayadi mengisyaratkan, tidak sembarang orang dapat menempuh studi ilmu kedokteran. Selain dituntut memiliki kecerdasan, tak kalah penting, menurut Jayadi biaya studinya juga mahal. Maka, harapan masyarakat Kalbar melahirkan tenaga dokter dari Untan jangan sampai terkorban karena masalah pelantikan dekan FKIK.

Rektor, imbau Jayadi, perlu mencari jalan keluar. Prinsipnya tidak mengorbankan dunia pendidikan, dan cepat dalam mengambil sikap. Karena seluruh pihak yang terkait masalah pelantikan dekan FKIK mesti diakomodir. Tetapi tidak ada pihak yang dirugikan maupun diuntungkan.Lebih jauh, Jayadi menyarankan, rektor Untan untuk berkonsultasi ke Dikti di Jakarta dalam menyelesaikan masalah ini. “Langkah ini perlu, agar semua masalah dapat tuntas,” katanya. Jayadi menyebutkan, pelantikan dekan FKIK adalah masalah intern Untan. Ia berharap Untan dapat menyelesaikan permasalah ini dengan bijak. Kepentingan lembaga lebih utama, karena masa depan Kalbar ada di tangan Untan. Sehingga roda organisasi Untan, Untan sendiri yang lebih tahu, bukan dari pihak luar. “Namun Untan, tetap perlu melakukan kerjasama. Dengan pihak manapun, demi kemajuan Untan,” kata Jayadi. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat, Alexius Akim menyatakan tidak dapat mencampuri urusan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura. Ini termasuk persoalan tentang pemilihan dekan. Menurut dia, khusus untuk jenjang perguruan tinggi, kewenangan berada di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas. Selain itu, perguruan tinggi pun memiliki otonomi.

Tetapi secara pribadi Akim menilai, biasanya untuk menduduki pimpinan di sebuah institusi, yang notabene menjalankan fungsi manajemen, jenis atau latar belakang pendidikan bukanlah hal utama. Sebaliknya, kualifikasi terpenting adalah bagaimana kemampuan manajerial yang bersangkutan. “Saya tidak tahu bagaimana kalau di kedokteran, apakah dekannya memang harus dokter atau tidak. Tetapi saya kira jika duduk di tingkat manajemen, tidak masalah apabila calon dekan punya latar belakang pendidikan berbeda. Kecuali kalau untuk menangani penyakit, itu memang harus dokter,” ujarnya.(stm/rnl)

Thamrin Pantas Dekan FKIK


Dari Pontianak Post, Kamis, 21 Januari 2010


PONTIANAK—Pengangkatan DR Thamrin Usman sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Tanjungpura mendapat respon positif dari Ketua III Dewan Pembina FKIK Untan Ilham Sanusi.Menurutnya, Thamrin berada pada posisi yang tepat dan langkah tersebut merupakan keputusan bijaksana. Soalnya, Thamrin telah mengenal fakultas ini sejak masih menjadi program studi (prodi) berada di bawah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA).
“Dari awal Pak Thamrin berperan aktif dan sebagai aktivis pendiri FKIK Untan yang di bawahnya terdapat juga prodi farmasi dan prodi keperawatan,” katanya.Menurut Ilham, dalam proses belajar mengajar selama lima tahun di bawah MIPA tersebut, Thamrin juga berhasil menunjukkan kinerja terbaiknya sehingga mahasiswa kedokteran bisa diwisuda dan menjalani program koas di RSUD dr Soedarso.

Bahkan, penilaian terakhir dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa mahasiswa FKIK Untan mempunyai nilai akdemik yang tinggi dan tidak kalah dengan mahasiswa fakultas kedokteran lainnya dari universitas terkemuka di Indonesia. “Kerja keras yang dilakukan Rektor Untan, Ketua Prodi dan Dekan FMIPA sangat dihargai sehingga bisa menjadikan mahasiswa berprestasi dan melakukan perjanjian kerjasama (MoU) dengan rumah sakit umum daerah se-Kalbar dan rumah sakit luar negeri untuk koas mahasiswa Kedokteran Untan,” bebernya.Menanggapi latar belakang Thamrin yang bukan berasal dari kalangan dokter dan diluar kebiasaan untuk mereka yang menjabat sebagai dekan, Ilham justru mersepon positif.

“Itu namanya reformasi pendidikan. Seorang dekan kan berfungsi sebagai manajer yang mengelola. Bukan berarti harus berlatarpendidikan yang sama,” katanya.FKIK Untan sendiri terdiri dari tiga prodi masing-masing Prodi Kedokteran Umum, Prodi Farmasi, dan Prodi Ilmu Keperawatan. Menurut Ilham, untuk ketua prodi tersebut, barulah harus sesuai dengan disiplin ilmu yang bersangkutan.Selain itu, sambungnya, proses pengangkatan seorang dekan tentu tidak hanya semata-mata berdasarkan kebijakan rektor. Akan tetapi, harus mendapat persetujuan dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). “Dikti sudah setuju jika FKIK Untan dipimpin oleh orang yang bukan dokter,” ujarnya.Ilham juga menilai, Thamrin layak memimpin FKIK karena mempunyai wawasan internasional. “Kita sudah memasuki era perdagangan bebas dan CAFTA. Kita juga harus menyiapkan tenaga medis berkualitas. Jangan sampai nanti dokter kita kalah bersaing dengan dokter asing yang membuka praktik di Pontianak,” ujarnya. (zan)

60 Dokter Mogok Mengajar

Dari Pontianak Post, Kamis, 21 Januari 2010


PECAH : Pintu kaca Untan pecah saat terjadi unjuk rasa memprotes pelantikan Dekan FKIK Untan kemarin. Foto Shando/Pontianak Post

PONTIANAK--Sebanyak 60 dosen Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura dari RSUD Soedarso mengancam mogok mengajar. Aksi ini dilakukan sebagai perlawanan terhadap pelantikan DR Thamrin Usman sebagai Dekan FKIK Untan, kemarin (20/1). Mereka menolak keberadaan dekan bukan dari kalangan dokter.Pelantikan Dekan FKIK Untan di lantai III Rektorat ini diwarnai aksi demo mahasiswa dan dosen (selengkapnya baca Halaman 17 Metropolis). Usai pelantikan dilakukan pertemuan antara perwakilan pendemo, Rektor Untan, pembantu rektor dan dokter RSUD Soedarso. Dialog berjalan satu jam. Usai pertemuan, dokter RSUD Soedarso sekaligus staf pengajar FKIK Untan, John Hard mengatakan, dosen dan mahasiswa tetap menolak pelantikan tersebut. Mereka tetap menuntut dekan dari kalangan dokter. “Harus dokter yang memimpin FKIK. Tidak ada hubungannya matematika dengan kedokteran,” teriaknya.

John Hard belum puas dengan pertemuan tersebut. Dokter dan perwakilan mahasiswa deadlock. “Kami tetap menolak pelantikan ini, kami deadlock,” ungkapnya.Walau demikian, Thamrin Usman terlanjur dilantik. Dikatakan John Hard perjuangan belum tuntas. Perlawanan dilakukan dengan cara mogok mengajar. Sebanyak 42 dokter spesialis dan 20 dokter umum dari RSUD Soedarso yang menjadi dosen di FKIK akan mogok mengajar sementara. “Kami tidak akan mengajar sampai tuntutan ini dikabulkan,” tuturnya.Dekan bukan dari kalangan dokter, kata dia, akan berdampak pada perkembangan mahasiswa. Secara psikologis akan terpengaruhi. “Pasti ada dampaknya, efeknya secara psikologis,” ucapnya.

Dijelaskannya, Rektor Untan Chairil Effendi beralasan tidak memiliki biaya jika mendatangkan dekan dari unversitas di luar Kalbar. John Hard berkilah, selama ini bukan rektor yang membayar dosen FKIK, tapi mahasiswa. “Selama 3,5 tahun saya mengajar, tidak pernah dibayar. Bukan rektor yang bayar dosen tapi mahasiswa dengan SPP-nya,” paparnya.Dalam pengarahannya kepada pejabat Untan yang dilantik termasuk Dekan FKIK, Chairil Effendi mengungkapkan, penolakan Thamrin sebagai dekan hanya salah paham. Pemilihan dekan tidak dilakukan dengan tergesa-gesa, tapi melalui proses panjang.

Persetujuan Dikti
Dijelaskan Charil, fakultas baru di Untan bukan hanya semata Fakultas Kedokteran tetapi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). Fakultas ini memiliki tiga program studi yakni Program Pendidikan Dokter, Pendidikan Farmasi, dan Ilmu Keperawatan.“Saya tidak gegabah sebenarnya untuk menunjuk DR Thamrin menjadi dekan. Sebelumnya saya sudah konsultasi dengan Dikti,” jelas Charil. Diungkapkan dalam pertemuan itu, Chairil menyampaikan kepada Dirjen Dikti bahwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan sudah berjalan lima tahun. Sebentar lagi akan wisuda sarjana. “Sekarang boleh tidak kalau kami (pihak Untan) mengangkat dekan untuk fakultas kedokteran bukan berasal dari profesi seorang dokter,” cerita Chairil. “Saat itu Pak Dirjen bilang boleh. Karena namanya juga fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan,” tambahnya.

Dipaparkan Chairil para dokter yang mengajar di FKIK Untan belum ada yang memenuhi persyaratan untuk menjadi dekan. Jabatan ini adalah tugas tambahan sebagai seorang dosen. Untuk menjadi dekan syaratnya sudah harus mempunyai jabatan fungsional sebagai lektor kepala. “Nah para dokter yang mengajar saat ini belum memenuhi syarat tersebut,” jelas Chairil. Pihaknya bisa saja memakai tenaga dokter dari luar untuk menjadi dekan. Tapi pihak Untan merasa tidak sanggup untuk membayar tenaga dekan dari luar Kalbar. Karena harus menyiapkan fasilitas rumah dinas, kendaraan, dan honor yang besar.“Saya berfikir dari pada uang kita habiskan untuk membayar tenaga dekan dari luar, lebih baik uang tersebut untuk alokasi fakultas kedokteran itu sendiri. Makanya kita ambil tenaga dekan dari internal Untan,” kata Chairil.Pertimbangan lain penunjukan Thamrin Usman sebagai dekan, lanjut Chairil, karena dia ahli kimia dan telah berpengalaman menjadi Dekan MIPA. Ilmunya ini, sedikit banyak diperlukan fakultas kedokteran.Selain itu dekan hanya jabatan administratif. Sedangkan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan dan mengatur mahasiswa yang memang harus diisi oleh seorang dokter yaitu jabatan Prodi dan untuk jabatan kita tetap tempatkan Prof. DR.Dr. Wahyuning dari UI (Univesitas Indonesia).

Chairil sempat berfikir untuk mengangkat Prof DR dr Wahyuning sebagai dekan. Tapi hal ini tidak bisa karena dia pensiunan Universitas Indonesia. Selain itu ada juga dokter-dokter yang mengajar dari luar Kalbar yang mengajar di fakultas kedokteran Untan, tapi mereka tidak punya jabatan fungsional. Diungkapkannya, Untan bekerja sama dengan RSUD Soedardo bukan dengan orang perorang. Chairil sudah berkomunikasi dengan Direktur RSUD dr Soedarso Dr Gede Sandjaja untuk memberikan pengertian kepada para dokter yang mengajar di FKIK Untan.(den/ash)

Dokter Tolak Thamrin Usman




Dari Pontianak Post Rabu, 20 Januari 2010

Dokter Tolak Thamrin Usman
Penetapan Dekan FK Untan

PONTIANAK – Penetapan DR Thamrin Usman sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura menuai protes dari para dokter. Mereka mengancam akan mogok mengajar bila pelantikan terhadap Thamrin tetap dilaksanakan. “Apabila Thamrin Usman dilantik menjadi Dekan FK, maka kami akan mengadakan shock therapy, dengan berhenti mengurus mahasiswa. Biarkan saja dia yang mengurus,” tegas Bambang SN, salah satu dokter yang mengajar di Fakultas Kedokteran saat ditemui di RSUD Soedarso, kemarin (19/1).

Menurut dokter spesialis penyakit dalam ini, penetapan Thamrin Usman sebagai Dekan FK Untan banyak terdapat kejanggalan. Surat keputusan penunjukkan terkesan aneh dan mendadak. Sebelumnya tidak pernah dilakukan sosialisasi dan pemberitahuan kepada dosen yang mengajar. “Oleh karena itu, terjadi keanehan di sini. Ibaratnya tim sepak bola dipimpin oleh atlet karate, kan tidak nyambung. Bisa, sih tapikan tidak lazim,” ujar Bambang.Kata dia, dekan haruslah berasal dari tenaga kesehatan karena FK merupakan institusi pendidikan yang terlibat dalam pendidikan pelaku medis yang harus menghasilkan dokter yang. Kriteria masuk, metodologi pengajaran, dan program medis yang dilaksanakan harus sesuai dengan program yang memajukan FK. “FK ibaratnya sama dengan rumah sakit harus dipimpin sosok yang mengerti kesehatan. Kalau dipimpin orang luar, bisa dipastikan manajemennya berantakan,” kata Bambang.

Selama ini, dokter yang menjadi dosen tidak mempermasalahkan siapapun yang menjadi dekan. Asal seorang dokter karena akan sesuai dengan bidangnya. Dikhawatirkan, dekan yang bukan dari tenaga kesehatan, tidak mengerti dengan sistem pendidikan bidang kesehatan. “Mau dibawa ke mana FK kalau dekannya bukan berasal dari tenaga kesehatan. Sedangkan tujuan kita menghasilkan tenaga dokter yang berkualitas,” imbuhnya.Dosen FK yang berasal dari Soedarso akan melakukan protes, berupa berhenti mengajar. “Semua dokter spesialis secara administratif yang mengajar tercatat 42 dokter dan dokter umum sebanyak 20 orang. Kami semua akan mogok mengajar,” ungkap Bambang.Mereka meminta dekan dari Universitas Indonesia karena banyak dosen yang berpengalaman. “Kalau dokter di sini masih belum bisa karena kesibukan dalam mengurus tugas sebagai dokter di rumah sakit. Karena kalau jadi dekan, otomatis akan menjadi pejabat struktural yang harus terfokus untuk mengurus FK. Selain itu, dokter di sini masih belum pengalaman,” jelas Bambang.

Pihaknya mengaku tidak tahu kapan dekan dipilih. Bambang menduga penunjukkan Thamrin Usman sebagai dekan dilakukan Rektor Untan Chairil Effendi. “Walaupun masih isu, tapi kemungkinannya besar. Bahkan sejak tadi saya telepon Pak Chairil Effendy tidak diangkat,” katanya.Hal senada diungkapkan John Hard. Dokter Spesialis Bedah Saraf ini mengaku kecewa dengan penunjukkan Thamrin sebagai Dekan FK Untan yang pertama. Hal tersebut karena latar belakang pendidikan Thamrin yang tidak sesuai. Padahal, menurut John, awalnya FK adalah program studi dari Fakultas MIPA, yang dipimpin Thamrin. “Makanya Thamrin terlibat, padahal hanya kebetulan karena dia Dekan MIPA. Tak tahunya dia mencalonkan diri juga menjadi Dekan FK,” kata John.Pihaknya juga telah berkonsultasi dengan Gubernur Kalbar Cornelis terkait hal itu. Bahkan menurut John, Gubernur tidak setuju dengan pemilihan tersebut dan tidak akan mengirimkan utusan dari pemerintah untuk menghadiri pelantikan yang dilaksanakan hari ini (20/1).

“Dokter akan mogok mengajar mulai besok (hari ini), selain itu, gubernur juga mendukung apa yang kami suarakan,” ujar John.Menurut dia, penetapan Thamrin terkesan disembunyikan pihak Rektorat Untan. Bahkan pihaknya mengetahui isu penunjukkan tersebut sejak dua minggu lalu. “Kami akan tetap melaksanakan mogok mengajar. Selain itu, kami akan memberikan surat edaran untuk mengadakan penandatanganan kesepakatan untuk tidak menyetujui Thamrin sebagai Dekan FK. Kalau masih dipertahankan, kami akan mengundurkan diri sebagai tenaga pengajar,” tandas John. Sementara itu, Thamrin Usman yang akan dilantik sebagai Dekan FK Untan meminta kubu yang menolaknya berpikir lebih jauh lagi. “Ini yang dikelola aspek manajerial saja. Toh, waktu memimpin MIPA, saya juga tidak menggunakan ilmu yang saya miliki,” katanya saat dihubungi tadi malam. Sebenarnya, tambah Thamrin, harus berpandangan ke depan karena untuk menjadi dekan itu ada syaratnya. “Ini masuk dalam lingkungan pendidikan tinggi. Bukan soal kedinasan lagi. Kita bicara Tri Dharma perguruan tinggi. Ini urusan manajerial pendidikan,” ungkapnya. Terkait ancaman mogok mengajar, Thamrin meminta para dokter memahami kalau terbentuknya FK Untan itu adalah niat warga Kalbar. “Jadi harus dipertimbangkan. Di situ ada gubernur, walikota/bupati. Perlu dipertimbangkan,” katanya. (wah/mnk)

Ubah Prodi Kedokteran


Dari Pontianak Post, Jum'at, 19 Juni 2009



UNIVERSITAS Tanjungpura telah mengusulkan ke Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) untuk mengubah program studi Pendidikan Dokter menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK).“Agustus paling lambat sudah disetujui. Kalau Agustus belum terbit izin, maka sarjananya yang akan diwisuda nanti bukan sarjana kedokteran, tapi sarjana ilmu pasti dan alam,” kata Rektor Untan Chairil Effendy kemarin (18/6).Selama ini, Prodi Kedokteran Untan masih di bawah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Tanjungpura.

Jika izin pembentukan FKIK sudah dikeluarkan, kata Chairil, maka selain prodi kedokteran dan prodi farmasi, Untan juga akan menyelenggarakan prodi keperawatan.Sementara itu, tahun ini Untan melakukan penerimaan mahasiswa baru sekitar 5.000 orang yang dibagi lewat empat jalur penerimaan. Pertama penerimaan melalui non ujian tulis. Kedua, penerimaan melalui program kerjasama. Ketiga, penerimaan mahasiswa baru melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dan terakhir melalui seleksi lokal. Porsi masing-masing empat jalur penerimaan, kata Chairil, dijatah 25 persen dari total mahasiswa baru yang diterima. “Program non utul sudah kita umumkan, kerjasama juga sudah sebagian seperti kedokteran, farmasi dan lainnya. Sementara untuk SNMPTN, sekarang sudah mulai pendaftaran dari tanggal 15 sampai 31 Juni,” katanya.Mengenai jalur seleksi lokal, kata dia, memungkinkan agar calon mahasiswa dari Kalbar bisa berkuliah di Untan. “Seleksi lokal hanya di Kalbar. Penting kita lakukan sendiri agar aksebilitas orang Kalbar masuk menjadi lebih terbuka,” katanya. (zan)