Wednesday, January 27, 2010

RS Soedarso Dituding Intervensi


Dari Equator News

Selasa, 26 Januari 2010 , 01:54:00

Rektor ambil sikap atasi masalah. Dicari, sosok baru yang relevan. Polemik FKIK masih menyisakan masalah. Acuan Diknas atau Depkes yang dipakai?

PONTIANAK. Pelantikan Dr Thamrin Usman DEA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Untan telah dianulir. Namun keikutsertaan para dokter RSUD Soedarso yang juga pengajar di fakultas itu, dipermasalahkan.
“Penolakan itu ada kesan bahwa dokter di RSUD Soedarso mau ambil alih FKIK,” ucap H Retno Pramudya SH, Ketua Komisi A DPRD Kalbar yang membidangi Hukum dan Pemerintahan kepada Equator, belum lama ini.
Retno meminta senior-senior dokter yang ada di Rumah Sakit Soedarso itu jangan terlalu jauh mencampuri soal dunia pendidikan di Untan. Tugas di Soedarso masih banyak yang harus dibenahi, terutama masalah pelayanan kesehatan masyarakat Kalbar
Retno mengaku tidak habis pikir dengan penolakan tersebut. Untan merupakan lembaga pendidikan otonom yang dinaungi Departemen Pendidikan dan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). “Penetapan Dekan ada prosesnya dan bukan main tunjuk. Ada aturan yang mengatur penetapan Dekan, tentunya aturan yang dibuat oleh Departemen Pendidikan bukan aturan yang dibuat oleh Departemen Kesehatan,” tegasnya.
Ia menyesalkan ada tindakan dokter yang anarkis pada saat pelantikan Dekan dilakukan melalui aksi demontrasi itu. “Aksi yang dilakukan para dokter itu merupakan contoh yang sangat tidak baik dan jangan ditiru oleh mahasiswa FKIK Untan,” serunya.
Meski Rektor Untan sudah merevisi SK pelantikan Thamrin, namun politisi PPP itu tetap berharap agar Rektor Untan mempertahankan Thamrin selaku Dekan FKIK yang telah dilantik, tak boleh berbalik arah.
“Dokter RSUD Soedarso ngurus rumah sakit tempatnya bekerja saja tidak becus, tapi malah mau ngurus FK-IK yang justru dinaungi oleh lembaga atau instansi lain. Itu sama saja mengurus rumah sendiri saja tidak genah, malah mau mengurusi rumah orang lain,” ucapnya.
Dokter, kata dia, jangan merusak dunia pendidikan yang telah didirikan di Untan dengan susah payah dan menguras APBD pemerintah kabupaten/kota se Kalbar dalam bentuk kerjasama. Pemda Kalbar juga diminta jangan ikut campur urusan internal Untan.
Sebaliknya, Pemda Kalbar justru memfasilitasi untuk menyelesaikan kisruh pelantikan Dekan FKIK. Jangan ikut campur independensi Untan. “Selama ini saya tidak pernah dengar ada mahasiswa FK-IK dan mahasiswa lainnya demonstrasi di lembaganya. Kita harapkan mahasiswa FK-IK dan mahasiswa Untan lainnya jangan mau ditunggangi atau diperalat pihak tertentu,” saran Retno.
Mahasiswa mesti fokus belajar agar bisa cepat selesai kuliah dan mengabdi di masyarakat, khususnya mahasiswa FKIK yang notabene dibiayai oleh pemerintah kabupaten/kota melalui anggaran APBD. “Beasiswa dari pemerintah kabupaten/kota dan keringat orang tua jangan sampai disia-siakan. Apalagi sampai dikorbankan hanya untuk memenuhi kepentingan sekelompok orang atau pihak-pihak tertentu,” tukasnya.
Pakar Hukum Tata Negara, Turiman Fathurrahman Nur SH MHum mengatakan, pelantikan dan pemberhentian dekan adalah otoritas Rektor. “Siapa pun tidak boleh campur tangan atas keputusan itu,” ujarnya.
Terkait soal tata cara atau aturan kelayakan seorang Dekan, menurut Turiman, ada dasar hukum yang mengaturnya. “Termasuk juga pertimbangan dari senat,” ujar Turiman.
Pelantikan Thamrin sebagai Dekan FKIK memang tak ada masalah. Dalam Permendiknas Nomor 67 Tahun 2008 pasal 4 menyebutkan, untuk dapat diangkat sebagai pimpinan perguruan tinggi atau pimpinan fakultas, seorang dosen harus memenuhi persyaratan, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berusia setinggi-tingginya 61 tahun pada saat diusulkan kepada pejabat yang berwenang mengangkat, berpendidikan serendah-rendahnya magister.
Syarat lainnya, bersedia dicalonkan menjadi pimpinan perguruan tinggi atau pimpinan fakultas yang dinyatakan secara tertulis. Sementara jabatan untuk Rektor/Pembantu Rektor dan Dekan serendah-rendahnya menduduki jabatan Lektor Kepala. Bagi Pembantu Dekan, Ketua/Pembantu Ketua, Direktur/Pembantu Direktur serendah-rendahnya menduduki jabatan Lektor. (amk/bdu/jul)

Pertimbangan Sumpah Hipokrates


Dari Equator News

Selasa, 26 Januari 2010 , 01:51:00

PONTIANAK. Setelah mendapat penolakan dan reaksi keras dari mahasiswa dan dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Untan, akhirnya Rektor Untan Chairil Effendi mengambil jalan tengah. Thamrin Usman hanya pelaksana tugas (Plt) dekan di fakultas tersebut.
Mengapa dosen yang notabene para dokter itu ikut melakukan penolakan? “Posisi dekan tak hanya berperan sebagai manajer, tetapi juga melantik dan mengambil sumpah. Nah, sumpah itu adalah sumpah dokter. Sumpah Hipokrates, itulah normanya yang dilakukan oleh seorang dokter,” kata dr HM Subuh MPPM, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Kalbar ditemui di DPRD Kalbar, kemarin (25/1).
Pelantikan Thamrin sebagai Dekan FKIK 20 Januari lalu didemo dengan alasan yang bersangkutan bukanlah dokter. Mahasiswa kedokteran yang tak pernah demo pun spontan beringas hingga kaca kantor rektorat Untan pecah.
Sebenarnya, terang Subuh, mungkin hanya dikarenakan persoalan tersebut, membuat para pengajar atau dokter dari RSUD Soedarso menolak pelantikan Dekan FK-IK dari kalangan non-dokter. “Itu saja saya lihat,” katanya.
Belum lagi kalau fakultas ekonomi dipimpin sarjana ekonomi, demikian pula dengan hukum dipimpin sarjana hukum. Sedangkan kedokteran dipimpin orang di luar kalangan dokter. Sehingga hal tersebut dipersoalkan para dokter yang menjadi pengajar atau pembimbing mahasiswa FK-IK Untan Kalbar pada tahap klinik.
Polemik tersebut, kata Subuh, hanya internal Untan Pontianak yang berwenang menetapkan dekan. “Tampaknya sudah diselesaikan Untan dengan adanya penarikan SK Pelantikan Thamrin Usman sebagai dekan dan menjadi di Plt, sambil dicari sesuai dengan keinginan dari para tenaga medis, terutama kalangan dokter,” ungkapnya.
Subuh mengatakan, FKIK bukan di bawah Departemen Kesehatan. Selama ini juga tidak pernah dimintai saran mengenai urusan di dalamnya termasuk mengenai dekan tersebut. “Tapi memang itu sebenarnya tidak juga diperlukan, karena itu dunia pendidikan,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kalbar ini.
FKIK juga tidak ada kaitannya dengan IDI. Subuh menerangkan, di tubuh IDI hanya terdapat pembinaan atau pengembangan profesi bagi seorang dokter. “Kalau memang di bukan dokter (seperti mahasiswa kedokteran, red) bukan kewenangan IDI,” ujarnya.
Rektor Untan, Chairil Effendi mengatakan tak ada masalah lagi terkait pengangkatan Dekan FKIK. Selama ini hanya kurang komunikasi saja. “Semuanya sepakat menerima SK Rektor yang dikeluarkan. Nantinya hal-hal kecil sudah diperintahkan kepada Pak Thamrin untuk segera melengkapi anggota Senat FKIK,” jelas Chairil ditemui usai rapat di Rektorat Untan, Senin (25/1).
Chairil mengharapkan setelah selesai semua permasalahan tersebut, tak ada lagi pemberitaan miring. “Kami ingin mendidik mahasiswa. Kami juga masih banyak persoalan besar yang dihadapi seperti mengawasi ujian negara pada Maret mendatang,” ungkap Chairil.
Dikatakan Chairil, pihak rektorat juga akan segera melakukan pencarian sosok dekan yang benar-benar relevan. “Calonnya sendiri dari PNS dosen yang memiliki persyaratan yang sudah lektor kepala. Bersyukur jika mendapatkan yang sudah berusia supaya bijak,” terang Chairil.
Menyikapi putusan tersebut, Thamrin yang ditemui usai rapat dengan Rektor Untan dan beberapa anggota Senat FMIPA di Rektorat Untan, Senin (25/1), tampak legowo.
“Seperti yang saya ungkapkan marilah kita sama-sama zero. Mereka yang berbicara keras dengan saya, akan saya lupakan dan sama-sama kita lupakan,” ungkap Thamrin bijak.
Menurut Thamrin, walaupun dirinya hanya menjabat sebagai Plt Dekan, namun segala aktivitas akademik di fakultas yang ia pimpin yakni Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) tetap berjalan sebagaimana mestinya.
“Secara keseharian tidak ada yang berubah, pelaksanaan ujian tetap dilakukan. Kemudian proses belajar mengajar memang tidak ada karena sedang ujian. Begitu pula administrasi fakultas juga lancar,” ungkap Thamrin.
Dikatakan dia, karena dirinya hanya sebagai Plt di FKIK maka berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor ia pun diaktifkan kembali sebagai Dekan FMIPA hingga 2013 mendatang. Sedangkan di FKIK hanya penjabat untuk mencari dekan sesungguhnya.
Thamrin tampak optimis bahwa tugas yang diberikan atasannya merupakan sebuah kepercayaan. Ia pun tidak ingin melukai kepercayaan tersebut. “Ini merupakan modal dasar saya, biarlah miskin asalkan jujur,” jelasnya.
Sementara itu, Anggota Senat FMIPA, Prof Wahyuning Ramlan, menegaskan Thamrin Usman merupakan dekan sementara FKIK. Nantinya Thamrin akan mempersiapkan pemilihan dekan baru untuk memimpin fakultas tersebut.
“Pengalaman Thamrin Usman dalam membina FMIPA Untan dapat digunakan untuk mengembangkan FKIK pada tahap awal yang baru ada tiga jurusan yakni jurusan kedokteran, farmasi dan keperawatan,” ungkap Wahyuning. (dik/ian)

Thamrin Harus Jalan Terus


Dari Equator News

Sabtu, 23 Januari 2010 , 02:42:00

PONTIANAK. Polemik Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FK-IK) Untan Pontianak hendaknya diakhiri. Tugas sebagai dekan harus sudah dilaksanakan.
“Pasalnya, pengangkatan itu sudah memiliki dasar hukum yang kuat karena dikeluarkan oleh Mendiknas,” kata Rustam Halim SH, ketua Lembaga Kajian Kebijakan Publik (LKKP) Kalbar kepada wartawan, kemarin (22/1).
Menurutnya, Rektor Untan Pontianak harus menjalankan keputusan Mendiknas tersebut dan Thamrin Usman yang diberikan amanat memimpin FK-IK harus melaksanakannya.
Penegasan yang disampaikan Rustam tersebut menyusul polemik yang dianggap cukup mencoreng institusi Untan Pontianak. Apalagi terkait campur tangan pihak luar dalam penentuan kebijakan di kawasan otonomi kampus itu.
Rustam menjelaskan, sebelum mengeluarkan SK pengangkatan tersebut, sudah tentu melalui tahapan dan proses administrasi. Termasuk apakah calon yang diajukan layak memimpin fakultas terbaru dan kebanggaan milik warga Kalbar itu. “Bila ternyata ada pihak-pihak yang merasa keberatan dengan SK tersebut sebaiknya memprotes ke Mendiknas,” tantang alumnus Untan ini.
Menurut Rustam, kewenangan menetapkan seorang Dekan, dengan melihat terlebih dahulu riwayat dan perjuangan yang dilakukan calon terpilih. “Saya mengikuti persis bagaimana awal proses perjuangan dan hingga terbentuk MIPA. Juga terbentuk Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Figur dan kapasitas Thamrin Usman pantas memimpin FK,” ungkapnya.
Sepengetahuan Rustam, Fakultas itu bernama FK dan Ilmu Kesehatan, di mana di dalamnya juga terdapat jurusan farmasi dan keperawatan. “Soal cocok atau tidak cocok gelar yang memimpin FK itu bukan seorang dokter melainkan doktor ilmu kimia sangat tergantung dari pemberi SK,” katanya.
Dia menambahkan, secara internal, tentu pimpinan Untan dan petinggi FK serta Dewan Pembina harus duduk satu meja membicarakan hal tersebut. “Kepemimpinan Thamrin Usman sebagai Dekan tetap jalan,” tegas Rustam.
Muda Ikut Dukung
Dukungan untuk Thamrin Usman juga datang dari Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan SH. Muda beranggapan peran Thamrin dalam pembentukan FKIK ini jelas sangat besar. Bahkan, pada saat FKIK ini masih berada dalam naungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Untan, secara manajemen sudah bisa dikatakan berhasil.
“Tidak bisa dimungkiri berkat kepemimpinan Pak Thamrin juga FKIK Untan bisa melejit seperti sekarang. Menurut saya, adanya asumsi dalam demo saat pelantikan Pak Usman yang menyatakan bahwa Dekan FKIK harus seorang dokter, tentunya sangat tidak objektif. Pemimpin itu mengurus persoalan manajemen, keuangan, infrastruktur dan sarana beserta prasarana beserta perlengkapan dan laboratorium. Pak Thamrin saya pikir orang yang tepat,” ucapnya.
Salah satu bukti kinerja Thamrin yang tergolong sukses adalah dengan membangun hubungan antara FKIK dan pemerintah daerah di Kalbar. Dengan adanya kerjasama ini Setiap kabupaten/kota yang ada di Kalbar bisa menyekolahkan para pelajarnya menjadi mahasiswa FKIK Untan.
“Saya yakin, dipilihnya Pak Thamrin pasti juga berdasarkan berbagai pertimbangan. Salah satunya bisa saja karena ide-ide luar biasa dan pertimbangan matang oleh Rektor/Dikti. Tugasnya pasti membesarkan FKIK hingga benar-benar menjadi Universitas idaman di Kalbar dan Indonesia. Makanya, saya optimis, pak Thamrin mampu,” ungkap dia.
Muda menambahkan, demonstrasi sebelumnya ditenggarai bukan ide seluruh dokter dan mahasiswa kedokteran Untan. Ia menduga aksi tersebut hanya atas nama saja. Muda juga optimis penolakan Thamrin Usman sebagai Dekan, karena kepentingan segelintir di atas. “Kita tidak perlu sebut namanya. Tak etis. Masyarakat juga bisa menilai kepentingan siapa,” terang Muda.
Dengan adanya kejadian kemarin, sambung Muda, sudah menodai semangat para dokter yang selama ini berharap impian lama warga Kalbar berdiri Fakultas Kedokteran Untan menjadi hambar. Karena bagaimanapun tugas para dokter adalah memikirkan SDM para dokter baru sebelum terjun ke lapangan. “Ilmunya yang dibutuhkan mahasiswa kedokteran Untan bukan aksi menunggangi para mahasiswa,” ujarnya.(dik/ROx)

Dosen Ancam Tak Berikan Bimbingan




Dari Equator News

Kamis, 21 Januari 2010 , 00:58:00

John Hard (tengah) bersama puluhan mahasiswa dan dosen menunjuk petugas dalam aksi unjuk rasa menentang pelantikan Dekan Fakultas Kedokteran, Thamrin Usman di halaman Rektorat Untan, kemarin.
PONTIANAK. Sekitar 42 dokter spesialis dan 22 dokter umum tidak akan memberikan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran. Itu terjadi bila pelantikan terhadap Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan tidak digugurkan.
“Kami tidak akan memberikan bimbingan selama ini tidak diubah,” tegas John Hard, dokter spesialis bedah yang mengajar di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, kemarin (20/1).
Hal tersebut diungkapkannya setelah pertemuan tertutup antara perwakilan pengunjuk rasa dengan Rektor Untan Pontianak. Para pengunjuk rasa tetap pada tuntutannya agar Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak seorang dokter.
“Dalam pembentukan karakter dan dokter yang mumpuni, fakultas harus itu harus dipimpin doker, jangan dipimpin ahli matematik, tidak ada hubungannye matematik dengan kedokteran,” kata John.
Menurutnya, bila Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak dipimpin non-dokter tentunya akan berdampak psikologis bagi dokter di Pontianak dan mahasiswa kedokteran.
John mengatakan, pelantikan Dr Thamrin Usman DEA (sebelumnya Dekan MIPA Untan) menjadi Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan jelas terdapat kejanggalan, karena dia bukan seorang dokter.
“Prof Wahyuning sudah memberikan alternatif, kalau tidak ada dokter dari Pontianak yang sanggup memimpin bisa diambil dari UI dalam hal ini dari RSCM,” kata John.
Tetapi, Rektor Untan tidak mau melakukan saran tersebut dengan alasan keuangan. Untan tidak sanggup mendatangkan dokter untuk menjadi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak.
Terpisah, Rektor Untan Pontianak Prof Dr Chairil Effendy mengatakan, pengangkatan Dr Thamrin Usman menjadi Dosen Fakultas Kedokteran bukan mendadak dilakukan. “Penunjukan ini tidak ujuk-ujuk,” terangnya.
Pengangkatan Thamrin tersebut setelah melalui berbagai pertimbangan dan persetujuan Dirjen Departemen Pendidikan Nasional bahwa Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tidak masalah dari bukan dokter.
Chairil menceritakan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak membawahi tiga program studi atau jurusan, yakni Pendidikan Dokter, Farmasi dan Ilmu Keperawatan.
Sudah lima tahun berjalan, telah mendapat izin dan harus mewisuda mahasiswanya. Tetapi belum memiliki Dekan, berbagai konsultasi dan pertimbangan-pertimbangan pun dilakukan. “Kami tidak gegabah melakukan penunjukan,” kata Chairil.
Sebelum penunjukan Thamrin menjadi Dekan, kata Chairil, dihadapkan pada permasalahan tidak adanya seorang dokter yang menjadi dosen di Untan memenuhi persyaratan. “Syaratnya itu dia sudah rektor kepala, jabatan fungsionalnya itu. Tetapi yang memenuhi persyaratan itu tidak ada,” terangnya.
Dikarenakan tidak dokter yang memenuhi persyaratan tersebut, diusulkan untuk mengambil dosen yang dokter dari universitas lainnya. “Tetapi, kita tidak sanggup membayarnya, karena harus menyiapkan rumah, kendaraan dan lainnya,” ungkap Chairil
Oleh karenanya, ketimbang membayar dosen dari kampus luar itu, lebih baik yang menjadi Dekan itu dari pihak Untan Pontianak sendiri. “Makanya, saya bertanya kepada Pak Dirjen, boleh tidak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dipimpin orang yang bukan dokter,” ujarnya.
Dirjen Departemen Pendidikan Nasional itu pun membolehkan untuk mengangkat dekan dari bukan dokter. “Dekan inikan jabatan administratif, bukan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan,” terang Chairil.
Tentunya berbeda dengan jabatan yang berkaitan langsung dengan perkuliahan yang memang harus ditempati orang yang berlatar pendidikan sesuai. “Karena jabatan yang berkaitan langsung ini mengurus silabus mata kuliah dan lainnya, kalau tidak orang dari pendidikan tersebut, tentu akan hancur,” kata Chairil.
Ditunjukkan Thamrin, kata Chairil, pertimbangannya karena sedikit banyak dia diperlukan di fakultas tersebut. “Dia memang bukan dokter, dia ahli kimia. Selama ini beliau (Thamrin, red) juga dekan MIPA yang membawahi Prodi Kedokteran,” terang Chairil.
Terkait ancaman dosen yang tidak akan memberikan bimbingan kepada mahasiswa fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan tersebut, Chairil enggan berkomentar banyak. “Kami calling down dulu dalam satu atau dua hari ini,” katanya.
Hal senada diutarakan, Direktur RSUD dr Soedarso, Gede Sandjaja menanggapi dokter akan mogok memberikan bimbingan tersebut. “Kita calling down dulu, kita akan bertemu dengan dokter dan mahasiswa itu untuk mendengarkan langsung dari mereka apa keluhannya,” katanya.
Dia menerangkan, pertemuan yang direncanakan hari ini di RSUD tersebut akan memberikan pengertian kepada para dokter yang menjadi dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan. “Kita bertemu dulu. Kalau kita kelahi terus kapan bangsa kita akan maju,” kata Gede di Rektorat Untan kemarin.
Pertemuan yang dimaksudkan Gede tersebut rencananya akan mempertemukan kembali dokter-dokter, mahasiswa dan pihak Untan Pontianak. “Pada intinya kita tidak boleh mengorbankan mahasiswa,” katanya.
Saat ditanya mengenai pelantikan Dekan itu, Gede menilai hal tersebut sebagai hak prerogatif Untan Pontianak. “Kita tidak bisa mencampuri, tetapi kita juga menampung aspirasi-aspirasi dari pengajar itu,” terangnya.
Gede tiba di Rektorat Untan setelah unjuk rasa usai. Setelah dihubungi agar bertemu Rektor Untan Chairil Effendy sekitar pukul 12.30 kemarin. Ternyata sebelumnya dia juga tidak mengetahui adanya penolakan terhadap pelantikan tersebut. (dik)

Thamrin Ditolak Jadi Dekan


Dari Equator News

Kamis, 21 Januari 2010 , 00:59:00

Fakultas kedokteran mestinya dipimpin dokter. Untan tak bergeming dan tak keder. Mahasiswa dan dokter terus beleter.

Pontianak. Mahasiswa kedokteran biasanya jarang demo. Kemarin (20/1), puluhan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan beserta dosen menggelar unjuk rasa perdananya. Tak tanggung-tanggung, Dr Thamrin Usman DEA baru dilantik jadi Dekan didemo habis-habisan. Persoalannya sepele, karena Thamrin bukan dokter.
“Kami meminta pelantikan ini digugurkan. Kami nilai ini suatu penghinaan,” kata John Hard, dosen luar biasa di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, kemarin (20/1).
Hal itu diteriakkannya tanpa pengeras suara di teras depan Rektorat Untan Pontianak. Hal tersebut dibenarkan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak yang berunjuk rasa menuntut penghentian pelantikan Thamrim Usman menjadi Dekan.
Di waktu bersamaan, di lantai tiga Rektorat Untan Pontianak, dilaksanakan Upacara Pelantikan/Serah Terima Jabatan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan Pejabar Struktural di Lingkungan Untan Pontianak.
Para pengunjuk rasa yang membawa berbagai poster penolakan dekan kedokteran dari non-dokter berupaya masuk ke tempat upacara pelantikan sejak sekitar pukul 09.00. Tetapi, keinginannya itu tidak dipenuhi pihak Untan.
Karena keinginannya tidak dipenuhi tersebut, suasana pun mulai memanas. Puluhan pengunjuk rasa yang mengenakan pakai seragam putih-putih itu mulai meneriakkan yel-yel penolakan terhadap dekan dari non-dokter.
John Hard yang merupakan dokter spesialis bedah, tampak mulai emosi dan membakar Surat Keputusan (SK) mengajarnya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan. Itu sebagai bentuk penolakan terhadap dekan kedokteran dari non-dokter. “Dokter seharusnya dipimpin dokter. Kalau tidak, itu penghinaan namanya. Kami tidak terima!” teriaknya.
Dikarenakan suasana semakin memanas, Pembantu Rektor (Purek) IV Dr Edy Suratman pun menemui para pengunjuk rasa. Kedatangan pria berkumis ini ternyata membuat pengunjuk rasa semakin marah. Tetap saja membawa pesan tidak boleh masuk ke ruang pelantikan.
Perdebatan pun tidak dapat dielakkan, terutama antara koordinator demonstrasi John Hard dengan Purek IV Edi Suratman itu. Keduanya mulai tampak emosi, sekalipun Edi Suratman tampak lebih sabar.
Setelah Purek IV tidak bisa menenangkan para pengunjuk rasa, dosen Untan lainnya juga turut menenangkan pengunjuk rasa. Untuk sementara, suasana memanas dapat diredakan.
Tetapi, hanya berselang beberapa menit saja, kembali pengunjuk rasa berupaya masuk ke ruang pelantikan. Tak ayal, saling dorong pun tak dapat dielakkan antara pengunjuk rasa dengan security kampus serta dosen Untan.
Dikarenakan saling dorong tersebut, pintu kiri depan Rektorat Untan Pontianak yang terbuat dari kaca berderai. Seorang security mengalami luka di bagian belakang kepalanya, terkena serpihan kaca yang berantakan.
Security kampus tersebut berlari seraya memegangi kepala bagian belakangnya untuk mendapatkan pertolongan pertama. Selanjutnya, dia di bawah ke rumah tangga kampus untuk mendapatkan pengobatan.
Ketika pintu rektorat berderai menghantam lantai ubin Rektorat Untan, suara menggelegar yang dihasilkannya di dengar Rektor Untan Pontianak Prof Dr Chairil Effendy yang baru saja usai memimpin upacara pelantikan. “Apa itu, sampai pecah-pecah gitu, kenapa sampai begitu,” katanya ketika menuruni tangga Rektorat.
Selanjutnya, Chairil pun langsung menemui para pengunjuk rasa yang bertabur biar di lobi Rektorat Untan. Dia meminta perwakilan pengunjuk rasa untuk menemuinya di ruang Rektor. Pertemuan antar Chairil dengan beberapa perwakilan pengunjuk rasa tersebut dilakukan secara tertutup.
Menyangkan Demo
Ketua Dewan Pembina III Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FK-IK) Untan, H Ilham Sanusi tidak sependapat dengan keputusan pendemo menolak pelantikan Thamrin Usman sebagai Dekan FK-IK.
“Saya heran mengapa mesti ada demo yang dilakukan kalangan dokter yang tidak menginginkan DR Thamrin dilantik. Kita harus tahu fungsi dan peran kita soal pelantikan itu,” ucap Ilham.
Pelantikan merupakan ranah universitas, bukan ranah rumah sakit. Yang perlu diketahui bahwa Dekan dan dosen senior di Untan hanya Thamrin. “Kalau pun ada saran, ambil saja Dekan FK-IK dari UI. Tapi, apakah itu harus kita lakukan kalau ada SDM kita yang mampu memimpin FK-IK Untan,” tegasnya.
Ilham menilai, kebijakan Rektor Untan melantik Dekan FK-IK sudah tepat dan bijaksana. “Saya ucapkan selamat kepada Rektor Untan bahwa sudah diresmikannya FK-IK dan dilantiknya DR Thamrin sebagai Dekan FK-IK pada hari ini,” lanjutnya.
Ilham memiliki segudang alasan mendukung pelantikan Thamrin. “Sebelumnya, FK adalah Prodi yang dinaungi FMIPA Untan yang dibina DR Thamrin dan dibantu oleh Ketua Prodi Kedokteran, seorang Prof dari FK Universitas Indonesia (UI) yang menetap di Untan,” kenangnya.
Menurut Ilham, sejak dibangunnya FK, Thamrin berperan aktif sebagai aktivis pendiri. Kemudian juga ikut membesarkan Prodi Farmasi dan Keperawatan. Dalam proses belajar-mengajar, Thamrin juga ikut aktif selama lima tahun, sampai mahasiswa bisa mengikuti praktik di rumah sakit di Kalbar yang telah melakukan kerja sama dengan FK Untan.
Ilham mengaku sangat menghargai kebijakan Untan yang bekerja sama dengan FK UI, di mana biayanya dibantu Dewan Pembina dari pemerintah kabupaten/kota. Berdasarkan penilaian terakhir dari FK UI, mahasiswa FK Untan nilai akademiknya sangat tinggi. Bahkan, tidak kalah dengan mahasiswa FK yang ada di Indonesia. Untan juga telah melakukan MoU dengan rumah sakit yang ada di Kalbar dan bahkan di luar negeri untuk praktik magang mahasiswa FK Untan.
Ilham merespons positif atas kebijakan Rektor Untan mengangkat Dekan FK bukan dari kalangan dokter. Alasannya, untuk reformasi dunia pendidikan. “Dekan itu seorang manager yang pandai mengelola manajemen FK. Kemudian, dibantu oleh Ketua Prodi atau Jurusan Kedokteran Umum, Farmasi dan Keperawatan. Jabatan Ketua Prodi atau Jurusan itulah yang nantinya sesuai dengan kompetensinya,” jelasnya.
Soal kualitas, Ilham sangat yakin dengan kemampuan Thamrin yang tamatan luar negeri dan memiliki wawasan internasional. Kondisi seperti itu jelas sangat diperlukan, terlebih memasuki AFTA di mana Kalbar harus tingkatkan daya saing.
“Selain itu, pengangkatan Dekan FK-IK ini juga telah disetujui oleh Dikti. Jadi bukan keinginan Rektor Untan semata. Dirjen Dikti sendiri setuju kalau Dekan FK-IK bukan dari kalangan dokter,” tuntas Ilham. (dik/bdu)

Pelantikan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, Diwarnai Demo

Dari RRI

Pelantikan Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak, Diwarnai Demo
Friday, 22 January 2010 06:52
Pontianak - Pelantikan dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, kemarin (20/1) diwarnai demo puluhan dosen. Mereka tidak setuju dengan penunjukan Dr Thamrin Usman sebagai dekan fakultas tersebut. Dalihnya, Thamrin bukan seorang dokter. Menghadapi penolakan itu, rektorat mengundang wakil para dosen untuk berdialog. Dialog yang berlangsung selama satu jam tersebut tidak membuahkan hasil. Para dosen tetap tidak mau menerima Thamrin sebagai dekan. Mereka menuntut dekan FKIK adalah seorang dokter. "Harus dokter yang memimpin FKIK. Tidak ada hubungan antara matematika dengan kedokteran," ungkap John Hard, salah seorang dosen yang mewakili rekan-rekannya dalam dialog tersebut.

Rektorat bergeming. Pelantikan Thamrin sebagai dekan FKIK tidak bisa dibatalkan. Para dosen pun bertahan dengan sikap mereka. Mereka mengancam mogok mengajar. "Kami tidak akan mengajar sampai tuntutan itu dikabulkan," tuturnya. Dekan bukan kalangan dokter, papar dia, akan berdampak pada perkembangan mahasiswa yang secara psikologis akan terpengaruhi. "Pasti ada dampaknya, efek psikologis," ucapnya. Rektor Untan Chairil Effendi beralasan tidak memiliki biaya jika mendatangkan dekan dari unversitas di luar Kalbar.
John lantas berargumen, selama ini bukan rektor yang membayar dosen FKIK, melainkan mahasiswa. "Selama 3,5 tahun saya mengajar, tidak pernah dibayar. Bukan rektor yang bayar dosen, melainkan mahasiswa dengan uang SPP," paparnya. Chairil menuturkan bahwa FKIK memiliki tiga program studi, yakni program pendidikan dokter, pendidikan farmasi, dan ilmu keperawatan. "Penunjukan Doktor Thamrin sudah saya konsultasikan dengan Dirjen Dikti," papar dia. rri.co.id/dodo

Tolak Dekan, Dokter Ancam Berhenti Mengajar

Dari Kompas

Tolak Dekan, Dokter Ancam Berhenti Mengajar
Kamis, 21 Januari 2010 | 02:01 WIB
KOMPAS/WISNU AJI DEWABRATA

PONTIANAK,KOMPAS.com - Sejumlah dokter dari RSUD dr Soedarso mengancam berhenti mengajar di Fakultas Kedokteran (FK) dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak. Ini sebagai bentuk penolakan penetapan dekan yang bukan berlatar belakang ilmu kedokteran.

Dalam aksi di depan Rektorat Rabu siang, kaca pintu depan gedung tersebut pecah karena mereka berusaha masuk untuk menghentikan pelantikan Dr Thamrin Usman DEA sebagai dekan yang Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan Pontianak.


Untuk diketahui, Usman adalan calon dekan yang berlatar belakang pendidikan bidang kimia. Sebelumnya ia adalah Dekan Fakultas Matematika IPA. Sementara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untan sebelumnya masih berupa program studi dan tergabung di Fakultas MIPA. Ketua Program Studi dijabat Prof Wahyuning dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

John Hard, dokter spesialis bedah syaraf yang ikut dalam aksi itu mengatakan tidak bisa menerima keputusan pihak universitas. Menurut dia, pembentukan karakter dan dokter yang mumpuni haruslah juga dipimpin oleh seorang dokter.

Ia menganggap ada kejanggalan karena Prof Wahyuning sendiri menyarankan agar Untan dapat mengambil dokter dari universitas lain di Indonesia untuk menjadi dekan di fakultas tersebut. Namun hal itu tidak dilakukan karena pihak universitas harus mengeluarkan biaya besar.

Rektor Untan Prof Dr Chairil Effendy mengatakan, penunjukan dekan untuk Fakultas Kedokteran melalui proses panjang dan telah mendapatkan persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi.

Menurut dia, jabatan dekan adalah jabatan administratif yang tidak berkaitan langsung dengan perkuliahan. Hal itu berbeda dengan posisi ketua program studi karena berkaitan langsung dengan perkuliahan.

"Mengangkat dekan dari universitas lain juga memungkinkan. Namun Untan harus menyiapkan rumah jabatan, kendaraan dan honor yang besar. Sedangkan dokter yang menjadi dosen belum ada yang memenuhi persyaratan sebagai dekan," katanya.

Sebanyak 42 orang dokter spesialis dan 20 dokter umum di RSUD dr Soedarso Pontianak kini menolak memberikan bimbingan kepada mahasiswa Kedokteran Untan.